Slider

Aktual

Smal Galeri

Artikel

Aqidah

Galeri

Berita

Video

menyiram air panas
Apa benar, menyiram air panas bisa melukai jin? Dan jin bisa membalasnnya dengan mengganggu org yg menyiram?
Lalu bagaimana caranya agar trhindar dari gangguan mereka? Trims.

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Banyak ulama menegaskan bahwa membuang air panas bisa mengganggu jin. Sekalipun tidak ada dalil tegas yang menunjukkan hal itu, namun ini semua terbukti secara realita.

Syaikhul Islam menuliskan,

class="arab">وصرع الجن للإنس هو لأسباب ثلاثة : تارة يكون الجني يحب المصروع فيصرعه ليتمتع به وهذا الصرع يكون أرفق من غيره وأسهل وتارة يكون الإنسي آذاهم إذا بال عليهم أو صب عليهم ماء حارا أو يكون قتل بعضهم أو غير ذلك من أنواع الأذى وهذا أشد الصرع وكثيرا ما يقتلون المصروع وتارة يكون بطريق العبث به كما يعبث سفهاء الإنس بأبناء السبيل

Jin yang merasuk ke tubuh manusia, bisa terjadi karena tiga sebab:

Pertama, karena jin ini menyukai orang yang dia rasuki. Jin merasukinya, agar dia bisa merasa tenang dengannya. Kerasukan semacam ini paling ringan dan palling mudah dari pada yang lain.

Kedua, karena manusia mengganggu jin, misalnya dengan mengencingi jin atau menyiram air panas ke jin. Atau membunuh salah satu jin, atau bentuk gangguan lainnya. Ini jenis kerasukan paling berat, dan bahkan seringkali bisa menyebabkan terbunuhnya orang yang kerasukan.

Ketiga, kerasukan karena sebab jin main-main. Layaknya anak-anak nakal yang suka ganggu orang lewat.

(Majmu’ Fatawa, 13/82)

Beliau juga mengatakan,

class="arab">وقد يكون وهو كثير أو الأكثر عن بغض ومجازاة مثل أن يؤذيهم بعض الإنس أو يظنوا أنهم يتعمدوا أذاهم إما ببول على بعضهم وإما بصب ماء حار وإما بقتل بعضهم وإن كان الإنسي لا يعرف ذلك – وفي الجن جهل وظلم – فيعاقبونه بأكثر مما يستحقه

Dan terkadang – dan ini sering terjadi – pada sebagian orang – bahwa ada orang yang mengganggu jin atau jin merasa manusia ini sengaja mengganggu mereka, dengan mengencingi jin atau menyiram air panas, atau membunuh mereka. Meskipun manusia sama sekali tidak mengetahuinya. Sementara jin juga ada yang dzalim dan bodoh masalah aturan.. sehingga mereka membalas kesalahan yang dilakukan orang itu lebih kejam lagi. (Majmu’ Fatawa, 19/40).

Untuk itulah, hendaknya setiap muslim berhati-hati ketika membuang air panas.

Beberapa Adab yang Perlu Diperhatikan

Pertama, aktifkan dzikir pagi petang. Karena dzikir pagi petang ibarat baju besi bagi manusia, yang menjadi sebab Allah melindungi orang yang rutin membacanya dari gangguan makhluk yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.

Anda bisa pelajari: Dzikir Penangkal Gangguan Jin dan Sihir (bagian 1), dan pelengkapnya di sini Dzikir Penangkal Gangguan Jin dan Sihir (bagian 2)

Kedua, hindari membuang air di tempat yang umumnya dihuni jin.

Sebagian ulama menyarankan agar tidak dibuang di kamar mandi. Karena kamar mandi termasuk tempat favorit jin dalam rumah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Dari Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

class="arab">إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Sesungguhnya tempat buang air itu dikerubuti (oleh setan). Karena itu, apabila kalian masuk toilet, bacalah:

class="arab">أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

‘Aku berlindung kepada Allah dari setan lelaki dan setan wanita’ (HR. Ahmad 19807, Abu Daud 6, Ibn Majah 312 dan yang lainnya).

Karena itu, dalam fatwa islam diingatkan,

class="arab">فليحترز المسلم من صب الماء الحار في الحمامات أو غيرها ؛ لئلا يصيب الجن وهو لا يعلم ، فيصيبونه بأذى ، ومثل هذا يعرف بالتجربة ، ولا نعلم فيه شيئاً عن النبي صلى الله عليه وسلم ، أو عن أحد من أصحابه رضي الله عنهم .

Hendaknya setiap muslim hati-hati ketika membuang air panas di kamar mandi atau tempat lain, agar tidak mengenai jin, sementara dia tidak tahu. Semacam ini berdasarkan realita di lapangan, meskipun kami tidak mengetahui ada riwayat dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabat Radhiyallahu ‘anhum. (Fatwa Islam no. 226625).

Termasuk yang perlu dihindari adalah membuang air panas di lubang-lubang tanah.

Dari Qatadah, dari Abullah bin Sirjis, beliau mengatakan,

class="arab">أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُبَالَ فِي الْجُحْرِ

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kencing di lubang.

Qatadah ditanya, ‘Mengapa kencing di lubang dilarang?’

Jawab beliau:

class="arab">إِنَّهَا مَسَاكِنُ الْجِنِّ

“Lubang itu tempat persembunyian jin.” (HR. Ahmad 19847, Nasai 34, Abu Daud 29, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Ketiga, jika diperlukan, baca basmalah sebelum membuang air panas

Misalnya, ketika kondisi kita berada di tempat asing, atau kita merasa sangat khawatir dengan satu tempat tertentu, kita bisa membaca basamalah sebelum membuang air panas.

Syaikh Abdurrahman al-Barrak pernah ditanya,

Apakah ada anjuran untuk membaca basmalah ketika seeorang membuang air panas?

Jawab beliau,

class="arab">لا أذكر أنه ورد الندب في التسمية في خصوص ما ذُكر، لكن ذكرك لله من الأسباب التي دلت النصوص أنه يطرد الشياطين ويمنع من شرهم ، كما شُرعت التسمية عند الاضطجاع ، وعند دخول المنـزل

Saya tidak mengetahui adanya dalil yang menganjurkan memmbaca basamalah secara khusus untuk kasus yang disebutkan. Akan tetapi menyebut nama Allah termasuk salah sebab yang ditunjukkan oleh dalil bahwa itu bisa mengusir setan dan menghalangi kejahatan mereka. Sebagaimana kita dianjurkan untuk membaca basamalah ketika tidur atau ketika masuk rumah.

Kemudian belia melanjutkan,

class="arab">فأرجو أن ما يفعله الناس في مثل هذه الأحوال التي أُشير إليها في السؤال أرجو أنه حسن؛ لأن صب الماء الحار ولا سيما في بعض المواضع التي يمكن أن تكون مسكناً للجن يُخشى أن يكون له أثر انتقامي، فإذا ذكر الإنسان اسم الله فقال: باسم الله، كان ذلك سبباً في طرد ما يخشى من شر الشياطين

Saya berharap apa yang dilakukan masyarakat dengan membaca basmalah ketika membuang air panas sebagaimana yang ditanyakan, saya berharap ini termasuk perbuatan baik. Karena membuang air panas, terlebih di tempat-tempat yang mungkin itu dihuni jin, dikhawatirkan akan menyebabkan balas dendam. Jika seseorang membaca basmalah, ini bisa menjadi sebab menjauhkan dari kekhawatiran akan dampak kejahatan setan. (al-Arak Majmu’ Fatawa al-Barrak).

Kisah Meruqyah Jin


Syaikh Abdul Aziz as-Sidhan menceritakan,

Saya pernah menghadiri acara ruqyah orang yang kesurupan. Terjadi dialog antar jin dan peruqyah,

Peruqyah: ‘Mengapa kamu masuk ke badan orang ini’

Jin: ‘Orang ini membuang air mendidih dan mengenai anakku, sampai mati.’

Peruqyah: ‘Itu karena dia tidak tahu ada anakmu di tempat itu.’

Jin: ‘Mengapa dia tidak membaca basmalah sehingga anakku bisa menghindar sebelum dia buang air panas.’

(Syarh kitab ad-Dakwah ilallah wa Akhlak ad-Duat, dinukil dari Fatwa Islam no. 226625).

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
union
Penulis: Redaksi Majalah Fatawa


Kolom ini, insya Allah, akan berisi tentang pendapat imam yang empat (imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad). Tentu tidak semua perkataan mereka akan dimunculkan. Disamping keterbatasan tempat, tidak semua pendapat mereka selalu benar.

Tujuan menampilkan pendapat mereka tentu bukan untuk membatasi bahwa imam dalam perjalanan kaum muslimin hanya terbatas pada 4 (empat) imam tersebut. Sebelum dan sesudah mereka ada banyak imam, baik yang masyhur maupun tidak. Tidak pula kolom ini bertujuan untuk menggiring pada sikap fanatik madzhab (pendapat/pandangan) tertentu.

Agama Islam adalah agama yang sempurna dengan kenabian Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga tak layak dibatasi oleh sekat pendapat satu atau dua imam. Kolom ini sekadar untuk sedikit mencoba menunjukkan sikap penghormatan kepada ulama besar. Tekad untuk kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah sesuai pemahaman para sahabat tidaklah berarti kemudian diikuti sikap menyepelekan mereka. Hanya dengan ulama dari zaman-ke-zaman umat Islam bisa memahami agamanya dengan baik.

Sebelum menikmati nasihat dan pendapat mereka, ada baiknya diulas secara singkat tentang biografi mereka. Perjalanan hidup mereka sejak lahir hingga wafatnya, tentu secara singkat saja. Pemaparan ini diharapkan bisa memberikan gambaran secara lebih utuh.


Imam Abu Hanifah

Namanya Nu'man bin Tsabit bin Zhuthi' lahir tahun 80 H/699 M di Kufah, Iraq, sebuah kota yang sudah terkenal sebagai pusat ilmu pada zamannya. Ayahnya seorang pedagang besar, sempat hidup bersama 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu. Abu Hanifah kadang menyertai ayahnya saat berdagang, tetapi minatnya untuk membaca dan menghafal al-Qur'an lebih besar.

Abu Hanifah mulai belajar dengan mendalam ilmu qira'at dan bahasa Arab. Bidang ilmu yang paling diminati ialah hadits dan fikih. Abu Hanifah berguru kepada asy-Sya'bi dan ulama lain di Kufah. Jumlah gurunya di Kufah dikatakan mencapai 93 (sembilan puluh tiga) orang. Beliau kemudian berhijrah ke Basrah berguru kepada Hammad bin Abi Sulaiman, Qatadah, dan Syu'bah. Setelah belajar kepada Syu'bah, saat itu sebagai Amir al-Mukminin fi Hadits (pemimpin umat dalam bidang hadits), beliau diizinkan mulai mengajarkan hadits.

Di Makkah dan Madinah beliau berguru kepada 'Atha' bin Abi Rabah, Ikrimah, seorang tokoh di Makkah murid Abdullah ibn 'Abbas, 'Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah dan 'Abdullah ibn 'Umar radhiyallahu 'anhuma. Kehandalan Abu Hanifah dalam ilmu-ilmu hadits dan fikih dikenal Ikrimah sehingga disetujui menjadi guru penduduk Makkah.

Abu Hanifah kemudian meneruskan pengajiannya di Madinah bersama Baqir dan Ja'afar as-Shaddiq. Kemudian belajar juga kepada Malik bin Anas, tokoh di kota Madinah ketika itu.

Saat guru kesayangannya Hammad meninggal dunia di Basrah pada tahun 120 H/738 M, Abu Hanifah diminta menggantikannya sebagai guru dan tokoh agama di Basrah. Abu Hanifah juga berdagang. Beliau amat bijak dalam mengatur antara dua tanggung jawabnya ini, seperti dijelaskan oleh salah satu muridnya, al-Fudhail ibn 'Iyyad;

"Abu Hanifah seorang ahli hukum, terkenal dalam bidang fikih, kaya, suka bersedekah kepada yang memerlukannya, sangat sabar dalam pembelajaran baik malam atau siang hari, banyak beribadah pada malam hari, banyak berdiam diri, sedikit berbicara kecuali ditanya sesuatu masalah agama, pandai menunjuki manusia kepada kebenaran dan tidak mau menerima pemberian penguasa."
Pada zaman pemerintahan 'Abbasiyyah, Khalifah al-Mansur memintanya menjadi qadhi (hakim) kerajaan, tapi ditolak sehingga dipenjara. Abu Hanifah meninggal dunia pada bulan Rajab 150 H/767 M dalam penjara karena keracunan. Shalat jenazahnya dilangsungkan 6 (enam) kali, tiap kalinya terdiri tidak kurang dari 50.000 (lima puluh ribu) orang.

Imam Malik bin Anas

Imam Malik bin Anas lahir di Madinah pada tahun 93 H/711 M. Datuknya adalah seorang perawi dan penghafal hadits yang terkemuka. Pamannya, Abu Suhail Nafi', juga seorang tokoh hadits di Madinah pada saat itu. Dari pamannya inilah Malik bin Anas mulai belajar ilmu agama, khususnya hadits. Abu Suhail Nafi' ialah seorang tabi'in yang sempat menghafal hadits dari Abdullah ibn 'Umar, 'Aisyah binti Abu Bakar, Ummu Salamah, Abu Hurairah, dan Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhum.

Selain Nafi', Malik bin Anas juga berguru kepada Ja'far as-Shaddiq, cucu al-Hasan, cicit Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Malik juga belajar di Masjid Nabawi dengan Muhammad Yahya al-Anshari, Abu Hazm Salmah ad-Dinar, Yahya bin Sa'ad, dan Hisyam bin 'Urwah. Semuanya murid sahabat-Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beruntung Malik bin Anas di Madinah hidup di tengah para tabi'in. Para tabi'in ini sempat hidup bersama sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka belajar, mendengar hadits dan mengamalkan perbuatan para sahabat.

Dalam perkembangannya Malik bin Anas kemudian menjadi tokoh agama di Masjid Nabawi. Beliau juga bertindak sebagai mufti Madinah. Malik termasuk tokoh yang merintis pengumpulan dan pembukuan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kitabnya al-Muwattha'. Kitabnya ini dihafalkan banyak orang dan menjadi rujukan, pernah dikomentari oleh asy-Syafi'i;

"Tidak ada sebuah buku di bumi yang keshahihannya mendekati al-Qur'an melainkan kitab Imam Malik ini."
Di antara yang belajar kepada Malik bin Anas di masjid Nabawi adalah Abu Hanifah dari Kufah dan Muhammad bin Idris, yang terakhir kemudian terkenal sebutan Imam asy-Syafi'i. Ketinggian ilmu Malik bin Anas diungkapkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal;

"Malik adalah penghulu dari para penghulu ahli ilmu, juga seorang imam dalam bidang hadits dan fikih. Siapakah gerangan yang dapat menyamainya?"
Malik pernah dihukum oleh gubernur Madinah pada tahun 147H /764 M karena mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan hukum talak dikeluarkan kerajaan 'Abbasiyyah. Kerajaan ketika itu membuat fatwa bahwa semua penduduk harus taat kepada pemimpin, bila tidak mau otomatis akan jatuh talak atas istrinya! Pemerintah 'Abbasiyyah memaksa Malik fatwa kerajaan. Alih-alih mengesahkan, Malik mengeluarkan fatwa bahwa hukum talak semacam itu tidak sah. Malik ditangkap dan dipukul sehingga bahunya patah, akibatnya tidak dapat shalat dengan bersedekap di dada, lalu dibiarkan irsal (terjuntai disamping badan). Malik kemudian dibebaskan dan kembali mengajar di Madinah hingga wafat pada 11 Rabiul-Awwal 179 H/796 M.

Imam asy-Syafi'i

Lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 H/767 M. Namanya Muhammad bin Idris asy-Syafi'i. Beliau keturunan Quraisy. Terlahir sebagai anak yatim, umur 10 (sepuluh) tahun dibawa ibunya ke Makkah untuk ibadah haji. Selepas itu beliau tetap berada di sana untuk menuntut ilmu. Di Makkah, asy-Syafi'i mulai berguru kepada Muslim bin Khalid al-Zanji, mufti Kota Makkah ketika itu.

Kitab al-Muwattha' karangan Imam Malik bin Anas telah dihafal asy-Syafi'i pada usia 15 (lima belas) tahun. Asy-Syafi'i kemudian hijrah ke Madinah untuk berguru dengan penulis kitab tersebut. Sejak berumur 20 (dua puluh) tahun Beliau belajar kepada Imam Malik hingga gurunya tersebut wafat tahun 179 H/796 M. Ketokohan asy-Syafi'i sebagai murid terpintar Malik bin Anas mulai dikenal banyak orang.

Asy-Syafi'i mengambil alih sebentar kedudukan Malik bin Anas sebagai guru di Masjid Nabawi sampai ditawari kedudukan pejabat oleh Gubernur Yaman. Jabatan asy-Syafi'i di Yaman tidak lama karena difitnah sebagai pengikut ajaran Syi'ah. Selain itu pelbagai konspirasi ditujukan padanya sehingga beliau dirantai dan di penjara di Baghdad, pusat pemerintahan Dinasti 'Abbasiyyah ketika itu. Asy-Syafi'i dibawa menghadap ke Khalifah Harun ar-Rasyid dan bisa membuktikan dirinya tidak salah. Kehandalan dan kecakapan asy-Syafi'i membela diri dengan pelbagai hujjah agama menjadikan Harun tertarik. Asy-Syafi'i dibebaskan dan dibiarkan tinggal di Baghdad. Disini asy-Syafi'i berkenalan dengan murid Abu Hanifah dan duduk berguru bersama mereka, terutama Muhammad bin al-Hasan as-Syaibani.

Pada tahun 188 H/804 M asy-Syafi'i hijrah ke Mesir. Sebelumnya singgah sebentar di Makkah dan disana diberi penghormatan untuk memberi pelajaran. Asy-Syafi'i mulai dikenal sebagai seorang imam dan banyak melakukan usaha menutup jurang perbedaan antara pendapat Imam Malik bin Anas dan Imam Abu Hanifah. Usahanya tidak disambut baik penduduk Makkah yang terbiasa dengan pendapat Imam Malik.

Tahun 194 H/810 M asy-Syafi'i kembali ke Baghdad, dipercaya memegang qadhi bagi Dinasti 'Abbasiyyah. Beliau menolak dan hanya singgah selama 4 (empat) tahun di Baghdad. Asy-Syafi'i kemudian ke Mesir dan menetap di sana. Daud bin 'Ali pernah ditanya tentang kelebihan asy-Syafi'i;

"Asy-Syafi'i mempunyai beberapa keutamaan, berkumpul padanya apa yang tidak terkumpul pada orang lain. Dia seorang bangsawan, mempunyai agama dan i'tiqad yang benar, sangat murah hati, mengetahui hadits sahih dan dha'if, nasikh, mansukh, menghafal al-Qur'an dan hadits, perjalanan hidup para Khulafa' ar-Rasyidun, dan pandai mengarang."
Imam asy-Syafi'i wafat pada 29 Rajab 204 H/820 M di Mesir. Beliau meninggalkan kepada dunia Islam sebuah kitab terbaik dalam bidang ushul fikih berjudul ar-Risalah. Kitab ini dikenal sebagai asas kaidah dalam mengeluarkan hukum dari nash al-Qur'an dan as-Sunnah. Juga ada kitab fikihnya yang masyhur berjudul al-'Umm.

Imam Ahmad bin Hanbal

Imam Abu 'Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H/781 M. Ayahnya seorang mujahid Islam dan meninggal dunia pada umur 30 (tiga puluh) tahun. Ahmad kemudian dibesarkan oleh ibunya Saifiyah binti Maimunah. Ahmad bin Hanbal menghafal al-Qur'an sejak kecil, pada umur 16 (enam belas) tahun sudah banyak menghafal hadits. Ahmad bin Hanbal meneruskan belajar haditsnya kepada banyak guru. Pada akhir hayatnya diperkirakan telah menghafal lebih dari sejuta hadits berikut nama perawinya.

Pada tahun 189 H/805 M, Ahmad bin Hanbal hijrah ke Basrah, kemudian ke Makkah dan Madinah untuk menuntut ilmu. Disana Beliau sempat berguru kepada asy-Syafi'i. Sebelum itu guru-gurunya yang masyhur ialah Abu Yusuf, Husain ibn Abi Hazm al-Washithi, 'Umar ibn Abdullah ibn Khalid, Abdurrahman ibn Mahdi, dan Abu Bakar ibn 'Iyasy. Pada tahun 198 H Ahmad bin Hanbal ke Yaman berguru kepada Abdurrazzaq ibn Humam, seorang ahli hadits saat itu, terkenal dengan kitabnya al-Mushannaf. Dalam perjalanannya ini Ahmad mulai menulis hadits-hadits yang dihafalnya.

Ahmad bin Hanbal kembali ke Baghdad untuk mengajar. Kehebatannya sebagai seorang ahli hadits dan pakar fikih menarik perhatian banyak orang, sehingga banyak yang belajar kepadanya. Muridnya yang kemudian berjaya menjadi tokoh hadits terkenal ialah al-Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud. Al-Qasim ibn Salam berkata;

"Ahmad bin Hanbal adalah orang yang paling ahli dalam bidang hukum dan aku tidak melihat ada orang yang lebih mengetahui tentang as-Sunnah selain dia. Dia tidak pernah bersenda-gurau, banyak berdiam diri, dan tidak mempermasalahkan selain ilmu."
Ahmad bin Hanbal pernah dipenjara karena keteguhannya menentang ajaran Mu'tazilah yang dipaksakan oleh pemerintah 'Abbasiyyah. Ahmad dipaksa mengesahkan ajaran baru tersebut. Ahmad enggan sehingga didera dalam penjara sampai tidak sadarkan diri. Setelah bebas Imam Ahmad meneruskan pengajarannya hingga wafat tahun 241H/856M. Ahmad bin Hanbal meninggalkan kitab haditsnya yang terkenal yaitu al-Musnad yang terdiri tidak kurang dari 30.000 hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan atsar para sahabat. Dua orang anaknya yang meneruskan perjuangannya adalah Abdullah dan Shalih.

Dari : www.alquran-sunnah.com, artikel biografi ulama
-
Pertumbuhan beliau
Nama: Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah.

Kuniyah beliau: Abu Abdullah
Nasab beliau:

  1. Al Ju'fi; nisabah Al Ju'fi adalah nisbah arabiyyah. Faktor penyebabnya adalah, bahwasanya al Mughirah kakek Bukhari yang kedua masuk Islam berkat bimbingan dari Al Yaman Al Ju'fi. Maka nisbah beliau kepada Al Ju'fi adalah nisbah perwalian
  2. Al Bukhari; yang merupakan nisbah kepada negri Imam Bukhari lahir

Tanggal lahir: Beliau dilahirkan pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at 13 Syawwal 194 H

Tempat lahir: Bukhara

Masa kecil beliau: Bukhari dididik dalam keluarga yang berilmu. Bapaknya adalah seorang ahli hadits, akan tetapi dia tidak termasuk ulama yang banyak meriwayatkan hadits, Bukhari menyebutkan di dalam sahih-bukharikitab tarikh kabirnya, bahwa bapaknya telah melihat Hammad bin Zaid dan Abdullah bin Al Mubarak, dan dia telah mendengar dari imam Malik, karena itulah dia termasuk ulama bermadzhab Maliki. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil, sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu dalam kondisi yatim. Akan tetapi ayahnya meninggalkan Bukhari dalam keadaan yang berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Bapak Imam Bukhari berkata ketika menjelang kematiannya; "Aku tidak mengetahui satu dirham pun dari hartaku dari barang yang haram, dan begitu juga satu dirhampun hartaku bukan dari hal yang syubhat."
Maka dengan harta tersebut Bukhari menjadikannya sebagai media untuk sibuk dalam hal menuntut ilmu.
Ketika menginjak usia 16 tahun, dia bersama ibu dan kakaknya mengunjungi kota suci, kemudian dia tinggal di Makkah dekat dengan baitulah beberapa saat guna menuntut ilmu.
Kisah hilangnya penglihatan beliau: Ketika masa kecilnya, kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat Khalilullah Nabi Ibrahim 'Alaihi wa sallam berujar kepadanya; "Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa yang kamu panjatkan kepada-Nya." Menjelang pagi harinya ibu imam Bukhari mendapati penglihatan anaknya telah sembuh. Dan ini merupakan kemuliaan Allah subhanahu wa ta'ala yang di berikan kepada imam Bukhari di kala kecilnya.
Perjalan beliau dalam menuntut ilmu
Kecerdasan dan kejeniusan beliau
kecerdasan dan kejeniusan Bukhari nampak semenjak masih kecil. Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, sedikit sekali orang yang memiliki kelebihan seperti dirinya pada zamannya tersebut. Ada satu riwayat yang menuturkan tentang dirinya, bahwasanya dia menuturkan; "Aku mendapatkan ilham untuk menghafal hadits ketika aku masih berada di sekolah baca tulis." Maka Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepadanya; "saat itu umurmu berapa?". Dia menjawab; "Sepuluh tahun atau kurang dari itu. Kemudian setelah lulus dari sekolah akupun bolak-balik menghadiri majelis hadits Ad-Dakhili dan ulama hadits yang lainnya. Ketika sedang membacakan hadits di hadapan murid-muridnya, Ad-Dakhili berkata; 'Sufyan meriwayatkan dari Abu Zubair dari Ibrahim.' Maka aku menyelanya; 'Sesungguhnya Abu Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim.' Tapi dia menghardikku, lalu aku berkata kepadanya, 'kembalikanlah kepada sumber aslinya, jika anda punya.' Kemudian dia pun masuk dan melihat kitabnya lantas kembali dan berkata, 'Bagaimana kamu bisa tahu wahai anak muda?' Aku menjawab, 'Dia adalah Az Zubair. Nama aslinya Ibnu 'Adi yang meriwayatkan hadits dari Ibrahim.' Kemudian dia pun mengambil pena dan membenarkan catatannya. Dan dia pun berkata kepadaku, 'Kamu benar.' Maka Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepada Bukhari; "Ketika kamu membantahnya berapa umurmu?". Bukhari menjawab, "Sebelas tahun."
Hasyid bin Isma'il menuturkan: bahwasanya Bukhari selalu ikut bersama kami mondar-mandir menghadiri para masayikh Bashrah, dan saat itu dia masih anak kecil. Tetapi dia tidak pernah menulis (pelajaran yang dia simak), sehingga hal itu berlalu beberapa hari. Setelah berlalu 6 hari, kamipun mencelanya. Maka dia menjawab semua celaan kami; "Kalian telah banyak mencela saya, maka tunjukkanlah kepadaku hadits-hadits yang telah kalian tulis." Maka kami pun mengeluarkan catatan-catatan hadits kami. Tetapi dia menambahkan hadits yang lain lagi sebanyak lima belas ribu hadits. Dan dia membaca semua hadits-hadits tersebut dengan hafalannya di luar kepala. Maka akhirnya kami mengklarifikasi catatan-catatan kami dengan berpedoman kepada hafalannya.

Permulaannya dalam menuntut ilmu
Aktifitas beliau dalam menuntut ilmu di mulai semenjak sebelum menginjak masa baligh, dan hal itu di tunjang dengan peninggalan orang tuanya berupa harta, beliau berkata; 'aku menghabiskan setiap bulan sebanyak lima ratus dirham, yang aku gunakan untuk pembiaan menuntut ilmu, dan apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih eksis.'
Dia bergegas mendatangi majelis-majelis ilmu, ketika dia sudah menghafal Al qur`an dan menghafal beberapa karya tulis para ulama, dan yang pertama kali karya tulis yang beliau hafal adalah buku Abdullah bin Al Mubarak, buku Waki' bin al Jarrah dalam masalah Sunan dan zuhud, dan yang lainnya. Sebagaimana beliau juga tidak meninggalkan disiplin ilmu dalam masalah fikih dan pendapat.

Rihlah beliau
Rihlah dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang sangat mencolok dan sifat yang paling menonjol dari tabiat para ahlul hadits, karena posisi Bukhari dalam masalah ilmu ini merupakan satu kesatuan pada diri seorang ahlul hadits, maka dia pun mengikuti sunnah para pendahulunya dan dia pun meniti jalan mereka. Dia tidak puas dengan hanya menyimak hadits dari penduduk negrinya, sehingga tidak terelakkan lagi bagi dirinya untuk mengadakan dalam rangka menuntut ilmu, dia berkeliling ke negri-negri Islam. Dan pertama kali dia mengadakan perjalanannya adalah pada tahun 210 hijriah, yaitu ketika umurnya menginjak 16 tahun, pada tahun kepergiannya dalam rangka menunaikan ibadah haji bersama dengan ibundanya dan saudara tuanya.
Negri-negri yang pernah beliau masuki adalah sebagai berikut;

1. Khurasan dan daerah yang bertetangga dengannya
2. Bashrah
3. Kufah
4. Baghdad
5. Hijaz (Makkah dan Madinah)
6. Syam
7. Al Jazirah (kota-kota yang terletak di sekitar Dajlah dan eufrat)
8. Mesir

Bukhari menuturkan tentang rihlah ilmiah yang dia jalani; 'Aku memasuki Syam, Mesir dan al Jazirah sebanyak dua kali, ke Bashrah sebanyak empat kali, dan aku tinggal di Hijaz beberapa tahun, dan aku tidak bisa menghitung berapa kali saya memasuki kawasan Kufah dan Baghdad bersama para muhadditsin.

Guru-guru beliau
Imam Bukhari berjumpa dengan sekelompk kalangan atba'ut tabi'in muda, dan beliau meriwayatkan hadits dari mereka, sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan jumlah yang sangat besar dari kalangan selain mereka. Dalam masalah ini beliau bertutur; ' aku telah menulis dari sekitar seribu delapan puluh jiwa yang semuanya dari kalangan ahlul hadits.
Guru-guru imam Bukhari terkemuka yang telah beliau riwayatkan haditsnya;

1. Abu 'Ashim An Nabil
2. Makki bin Ibrahim
3. Muhammad bin 'Isa bin Ath Thabba'
4. Ubaidullah bin Musa
5. Muhammad bin Salam Al Baikandi
6. Ahmad bin Hambal
7. Ishaq bin Manshur
8. Khallad bin Yahya bin Shafwan
9. Ayyub bin Sulaiman bin Bilal
10. Ahmad bin Isykab

Dan masih banyak lagi

Murid-murid beliau
Al Hafidz Shalih Jazzarah berkata; ' Muhammad bin Isma'il duduk mengajar di Baghdad, dan aku memintanya untuk mendektekan (hadits) kepadaku, maka berkerumunlah orang-orang kepadanya lebih dari dua puluh ribu orang.
Maka tidaklah mengherankan kalau pengaruh dari majelisnya tersebut menciptakan kelompok tokoh-tokoh yang cerdas yang meniti manhaj, dintara mereka itu adalah;

1. Al imam Abu al Husain Muslim bin al Hajjaj an Naisaburi (204-261), penulis buku shahih Muslim yang terkenal
2. Al Imam Abu 'Isa At Tirmizi (210-279) penulis buku sunan At Tirmidzi yang terkenal
3. Al Imam Shalih bin Muhammad (205-293)
4. Al Imam Abu Bakr bin Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (223-311), penulis buku shahih Ibnu Khuzaimah.
5. Al Imam Abu Al Fadhl Ahmad bin Salamah An Naisaburi (286), teman dekat imam Muslim, dan dia juga memiliki buku shahih seperti buku imam Muslim.
6. Al Imam Muhammad bin Nashr Al Marwazi (202-294)
7. Al Hafizh Abu Bakr bin Abi Dawud Sulaiman bin Al Asy'ats (230-316)
8. Al Hafizh Abu Al Qasim Abdullah bin Muhammad bin Abdul 'Aziz Al Baghawi (214-317)
9. Al Hafizh Abu Al Qadli Abu Abdillah Al Husain bin Isma'il Al Mahamili (235-330)
10. Al Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ma'qil al Nasafi (290)
11. Al Imam Abu Muhammad Hammad bin Syakir al Nasawi (311)
12. Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Mathar al Firabri (231-320)

Karakter imam Bukhari
Meskipun Imam Bukhari sibuk dengan menuntut ilmu dan menyebarkannya, tetapi dia merupakan individu yang mengamalkan ilmu yang dimilikinya, menegakkan keta'atan kepada Rabbnya, terpancar pada dirinya ciri-ciri seorang wali yang terpilih dan orang shalih serta berbakti, yang dapat menciptakan karismatik di dalam hati dan kedudukan yang mempesona di dalam jiwa.
Dia merupakan pribadi yang banyak mengerjakan shalat, khusu' dan banyak membaca al Qur`an.
Muhammad bin Abi Hatim menuturkan: 'dia selalu melaksanakan shalat di waktu sahur sebanyak tiga belas raka'at, dan menutupnya dengan melaksanakan shalat witir dengan satu raka'at'
Yang lainnya menuturkan; ' Apabila malam pertama di bulan Ramadlan, murid-murid imam Bukhari berkumpul kepadanya, maka dia pun meminpin shalat mereka. Di setiap rak'at dia membaca dua puluh ayat, amalan ini beliau lakukan sampai dapat mengkhatamkan Al qur`an.
Beliau adalah sosok yang gemar menafkahkan hartanya, banyak berbuat baik, sangat dermawan, tawadldlu'Â dan wara'.

Persaksian para ulama terhadap beliau
Sangat banyak sekali para ulama yang memberikan kesaksian atas keilmuan imam Bukhari, diantara mereka ada yang dari kalangan guru-gurunya dan teman-teman seperiode dengannya. Adapun periode setelah meninggalnya bukhari sampai saat ini, kedudukan imam Bukhari selalu bersemayam di dalam relung hati kaum muslimin, baik yang berkecimpung dalam masalah hadits, bahkan dari kalangan awwam kaum muslimin sekali pun memberikan persaksian atas keagungan beliau.
Diantara para tokoh ulama yang memberikan persaksian terhadap beliau adalah;

1. Abu Bakar ibnu Khuzaimah telah memberikan kesaksian terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan: "Di kolong langit ini tidak ada orang yang lebih mengetahui hadits dari Muhammad bin Isma'il."
2. 'Abdan bin 'Utsman Al Marwazi berkata; 'aku tidak pernah melihat dengan kedua mataku, seorang pemuda yang lebih mendapat bashirah dari pemuda ini.' Saat itu telunjuknya diarahkan kepada Bukhari
3. Qutaibah bin Sa'id menuturkan; 'aku duduk bermajelis dengan para ahli fikih, orang-orang zuhud dan ahli ibadah, tetapi aku tidak pernah melihat semenjak aku dapat mencerna ilmu orng yang seperti Muhammad bin Isma'il. Dia adalah sosok pada zamannya seperti 'Umar di kalangan para sahabat. Dan dia berkata; ' kalau seandainya Muhammad bin Isma'il adalah seorang sahabat maka dia merupakan ayat.
4. Ahmad bin Hambal berkata; Khurasan tidak pernah melahirkan orang yang seperti Muhammad bin Isma'il.
5. Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ibnu Numair menuturkan; kami tidak pernah melihat orang yang seperti Muhammad bin Ism'ail
6. Bundar berkata; belum ada seorang lelaki yang memasuki Bashrah lebih mengetahui terhadap hadits dari saudara kami Abu Abdillah.
7. Abu Hatim ar-Razi berkata: "Khurasan belum pernah melahirkan seorang putra yang hafal hadits melebihi Muhammad bin Isma'il, juga belum pernah ada orang yang pergi dari kota tersebut menuju Irak yang melebihi kealimannya."
8. Muslim (pengarang kitab Sahih) berkata ketika Bukhari menyingkap satu cacat hadits yang tidak di ketahuinya; "Biarkan saya mencium kedua kaki anda, wahai gurunya para guru dan pemimpin para ahli hadits, dan dokter hadits dalam masalah ilat hadits."
9. al-Hafiz Ibn Hajar yang menyatakan: "Andaikan pintu pujian dan sanjungan kepada Bukhari masih terbuka bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan nafas. Ia bagaikan lautan tak bertepi."

Hasil karya beliau
Diantara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :
- Al Jami' as Sahih (Sahih Bukhari)
- Al Adab al Mufrad.
- At Tarikh ash Shaghir.
- At Tarikh al Awsath.
- At Tarikh al Kabir.
- At Tafsir al Kabir.
- Al Musnad al Kabir.
- Kitab al 'Ilal.
- Raf'ul Yadain fi ash Shalah.
- Birru al Walidain.
- Kitab al Asyribah.
- Al Qira`ah Khalfa al Imam.
- Kitab ad Dlu'afa.
- Usami ash Shahabah.
- Kitab al Kuna.
- Al Hbbah
- Al Wihdan
- Al Fawa`id
- Qadlaya ash Shahabah wa at Tabi'in
- Masyiikhah

Wafat beliau
Imam Bukhari keluar menuju Samarkand, Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya beliau meninggal pada hari sabtu tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Semoga Allah selalu merahmatinya dan ridla kepadanya.

Dari : www.alquran-sunnah.com
-
Menuntut Ilmu dan Guru-Gurunya

Imam Az-Zahabi menuntut ilmu sejak usia dini dan ketika berusia 18 tahun menekankan perhatian pada dua bidang ilmu iaitu ilmu-ilmu al-Quran dan Hadis. Beliau menempuh perjalanan yang jauh dalam mencari ilmu ke Syria, Mesir dan Hijaz (Makkah dan Madinah). Beliau mengambil ilmu dari para ulama di negeri-negeri tersebut.

Di antara para ulama yang menjadi guru-guru beliau ialah:

1. Ibnu Taimiyah
Yang beliau letakkan namannya paling awal di deretan guru-guru yang memberikan ijazah pada beliau dalam kitabnya, Mu’jam asy-Syuyukh. Beliau begitu mengagumi Ibnu Taimiyah dengan mengatakan, “Dia lebih agung jika aku yang menyifatinya. Seandainya aku bersumpah di antara rukun dan maqam maka sungguh aku akan bersumpah bahwa mataku belum pernah melihat yang semisalnya. Tidak, demi Allah, bahkan dia sendiri belum pernah melihat yang semisalnya dalam hal keilmuan.” (Raddul Wafir , hal. 35)
2. al-Hafiz Jamaluddin Yusuf bin Abdurrahman al-Mizzi
Yang dikatakan oleh beliau, “Dia adalah sandaran kami jika kami menemui masalah-masalah yang musykil.” (ad-Durar al-Kaminah,V:235)

3. Al-Hafiz Alamuddin Abdul Qasim bin Muhammad al-Birzali
Yang menyemangati beliau dalam belajar ilmu hadits, beliau mengatakan tentangnya: “Dialah yang menjadikanku mencintai ilmu hadits.” (ad-Durar al-Kaminah, III:323)

Ketiga ulama diatas adalah yang banyak memberikan pengaruh terhadap kepribadian beliau. Adapun guru-guru beliau yang lainnya adalah Umar bin Qawwas, Ahmad bin Hibatullah bin Asakir, Yusuf bin Ahmad al-Ghasuli, Abdul Khaliq bin Ulwan, Zainab bintu Umar bin Kindi, al-Abrahuqi, Isa bin Abdul Mun’im bin Syihab, Ibnu Daqiqil ‘Id, Abu Muhammad ad-Dimyathi, Abul abbas azh-Zhahiri, ali bin Ahmad al-Gharrafi, Yahya bin ahmad ash-Shawwaf, at-Tauzari, masih banyak lagi yang lainnya.

Imam az-Zahabi memiliki Mu’jam asy-Syuyukh (Daftar Guru-Guru) beliau yang jumlahnya mencapai 3000-an orang (adz-Dzahabi wa Manhajuhu fi Kitabihi, Tarikhil Islam)
Murid-Muridnya

Di antara murid-murid beliau ialah Tajuddin as-Subki, Muhammad bin Ali al-Husaini, al-Hafiz Ibnu Katsir, al-Hafiz Ibnu Rajab dan masih banyak lagi selain mereka.

Pujian Para Ulama Kepadanya

Ibnu Nashruddin ad-Dimasyqi berkata, “Beliau adalah Ayat (tanda kebesaran Allah) dalam ilmu rijal, sandaran dalam jarh wa ta’dil (ilmu kritik hadits-red) lantaran mengetahui cabang dan pokoknya, imam dalam qiraat, faqih dalam pemikiran, sangat paham dengan madzhab-madzhab para imam dan para pemilik pemikiran, penyebar sunnah dan madzhab salaf di kalangan generasi yang datang belakangan.” (Raddul Wafir, hal. 13)

Ibnu Katsir berkata, “Beliau adalah Syeikh al-Hafiz al-kabir, Pakar Tarikh Islam, Syeikhul muhadditsin. Beliau adalah penutup syuyukh hadis dan huffazhnya.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, XIV:225)

Tajuddin as-Subki berkata, “Beliau adalah syaikh Jarh wa Ta’dil, pakar Rijal, seakan-akan umat ini dikumpulkan di satu tempat kemudian beliau melihat dan mengungkapkan sejarah mereka.” (Thabaqah Syafi’iyyah Kubra, IX:101)

An-Nabilisi berkata, “Beliau pakar zamannya dalam hal perawi dan keadaaan-keadaan mereka, tajam pemahamannya, cerdas, dan ketenarannya sudah mencukupi dari pada menyebutkan sifat-sifat nya.” (ad-Durar al-Kaminah, III:427)

As-Shafadi berkata, “Beliau seorang hafiz yang tidak tertandingi, penceramah yang tidak tersaingi, mumpuni dalam hadits dan rijalnya, memiliki pengetahuan yang sempurna tentang ‘illah dan keadaan-keadaannya, memiliki pengetahuan yang sempurna tentang biografi manusia. Menghilangkan ketidakjelasan dan kekaburan dalam sejarah manusia. Beliau memiliki akal yang cerdas, benarlah nisbahnya kepada dzahab (emas). Beliau mengumpulkan banyak bidang ilmu, memberi manfaat yang banyak kepada manusia, banyak memiliki karya ilmiah, lebih mengutamakan hal yang ringkas dalam tulisannya dan tidak berpanjang lebar. Aku telah bertemu dan berguru kepadanya, dan membaca banyak dari tulisan-tulisannya di bawah bimbingannya. Aku tidak menjumpai padanya kejumudan, bahkan dia adalah faqih dalam pandangannya, memiliki banyak pengetahuan tentang perkataan-perkataan ulama, madzhab-madzahab para imam salaf dan para pemilik pemikiran.” (al-Wafi bil Wafayat, II:163)

Di Antara Kata-Katanya

Imam Az-Zahabi berkata, “Tidak sedikit orang yang memusatkan perhatiannya pada ilmu kalam melainkan ijtihadnya akan membawanya kepada perkataan yang menyelisihi sunnah. Karena itulah ulama salaf mencela setiap yang belajar ilmu-ilmu para umat sebelum Islam. Ilmu kalam turunan dari ilmu para filosof atheis. Barangsiapa yang sengaja ingin menggabungkan ilmu para nabi dengan ilmu para ahli filsafat dengan mengandalkan kecerdasannya maka pasti dia akan menyelisihi para nabi dan para ahli filsafat. Dan barangsiapa yang berjalan di belakang apa yang dibawa oleh para rasul. Maka sungguh dia telah menempuh jalan salaf dan menyelamatkan agama dan keyakinannya.” (Mizanul I’tidal, III:144)

Beliau menukil perkataan ma’mar, “Dahulu dikatakan bahwa seseorang menuntut ilmu untuk selain Allah maka ilmu itu enggan hingga semata-mata untuk Allah.” Kemudian beliau mengomentari perkataan ma’mar tersebut dengan mengatakan, “Ya, dia awalnya menuntut ilmu atas dorongan kecintaan kepada ilmu, agar menghilangkan kejahilannya, agar mendapat pekerjaan, dan yang semacamnya. Dia belum tahu tentang wajibnya ikhlas dalam menuntutnya dan kebenaran niat di dalamnya. Maka jika sudah mengetahuinya, dia hisab dirinya dan takut terhadap akibat buruk dari niatnya yang keliru, maka datanglah kepada niat yang shahih semuanya atau sebagiannya. Kadang dia bertaubat dari niatnya yang keliru dan menyesal. Tanda atas hal itu ialah bahwasanya dia mengurangi dari klaim-klaim, perdebatan, dan perasaan memiliki ilmu yang banyak, dan dia hinakan dirinya. Adapun jika dia merasa banyak ilmunya atau mengatakan “saya lebih berilmu dari pada Fulan; maka sungguh celakalah dia.” (Siyar A’lam An-Nubala’, VII:17)

Beliau berkata, “Yang dibutuhkan oleh seorang hafizh adalah hendaknya bertakwa, cerdas, mahir Nahwu, mahir ilmu bahasa, memiliki rasa malu dan salafi.” (Siyar, XIII:380)

Beliau berkata, “Ahli hadis sekarang hendaknya memperhatikan Kutubus Sittah, Musnad Ahmad dan Sunan Baihaqi. Dan hendaknya teliti terhadap matan-matan dan sanad-sanadnya, kemudian tidak mengambil manfa’at dari hal itu hingga dia bertakwa kepada Rabbnya dan menjadikan hadits sebagai dasar agama. Kemudian ilmu bukanlah dengan banyak riwayat, tetapi dia adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati dan syaratnya adalah ittiba’ (mengikuti nabi SAW-red) dan menjauhkan diri dari hawa nafsu dan kebid’ahan.” (Siyar, XIII:323)

Beliau berkata, “Kebanyakan ulama pada zaman ini terpaku dengan taqlid dalam hal furu’, tidak mau mengembangkan ijtihad, tenggelam dalam logika-logika umat terdahulu dan pemikiran ahli filsafat. Dengan demikian, bencana pun meluas, hawa nafsu menjadi hukum dan tanda-tanda tercabutnya ilmu semakin nampak. Semoga Allah merahmati seseorang yang mau memperhatikan kondisi dirinya, menjaga ucapannya, selalu membaca al-Qur’an, menangis atas kejadian zaman, memperhatikan kitab as-Sahihain dan beribadah kepada Allah sebelum ajal datang secara tiba-tiba.” (Tadzkirah al-Huffazh, II:530)

Karya-Karyanya

Beliau memiliki sekitar 100 karya tulis, di antara karya-karya tulis itu ialah:

a. Siyar A’lam An-Nubala
b. al-‘Uluww lil ‘Aliyyil Ghaffar
c. Taariikhul Islam
d. Mukhtashar Tahdziibil Kamaal
e. Miizaanul I’tidaal Fii Naqdir Rijaal
f. Thabaqatul Huffazh
g. Al-Kaasyif Fii Man Lahu Riwaayah Fil Kutubis Sittah
h. Mukhtashar Sunan al-Baihaqi
i. Halaqatul Badr Fii ‘Adadi Ahli Badr
j. Thabaqatul Qurra’
k. Naba’u Dajjal
l. Tahdziibut Tahdziib
m. Tanqiih Ahaadiitsit Ta’liiq
n. Muqtana Fii al-Kuna
o. Al-Mughni Fii adh-Dhu’afaa’
p. Al-‘Ibar Fii Khabari Man Ghabar
q. Talkhiishul Mustadrak
r. Ikhtishar Taarikhil Kathib
s. Al-Kabaair
t. Tahriimul Adbar
u. Tauqif Ahli Taufiq Fi Manaaqibi ash-Shiddiq
v. Ni’mas Smar Fi Manaaqib ‘Umar
w. At-Tibyaan Fi Manaaqib ‘Utsman
x. Fathul Mathalib Fii Akhbaar Ali bin Abi Thalib
y. Ma Ba’dal Maut
z. Ikhtishar Kitaabil Qadar Lil Baihaqi
aa. Nafdhul Ja’bah Fi Akhbaari Syu’bah
bb. Ikhtishar Kitab al-Jihad, ‘Asakir
cc. Mukhtashar athraafil Mizzi
dd. At-Tajriid Fii Asmaa’ ish Shahaabah
ee. Mukhtashar Tariikh Naisabuur, al-Hakim
ff. Mukthashar al-Muhalla dan Tartiil Maudhuu’at, Ibn al-Jauzi

Kelebihan Kitab Siyar A'lam An-Nubala (Perjalanan Hidup Orang-Orang Mulia)

Salah satu karya Imam Az-Zahabi yang terkenal dang sangat bermanfaat ialah Siyar A'lam An-Nubala (Perjalanan Hidup Orang-Orang Mulia). Kitab ini menghimpunkan biografi
para sahabat Nabi s.a.w., tabiin, tabiut tabiin, ulama, sasterawan dan seumpamanya.

Kitab ini sangat berguna bagi sesiapa yang ingin mendalami dan membaca kisah hidup orang-orang dan tokoh-tokoh Islam terkenal dalam bidang masing-masing.

Di antara kelebihan-kelebihan kitab ini ialah:

1. Ketelitian penulis. Imam Az-Zahabi tidak hanya memaparkan biografi orang yang ditulis, tetapi juga disertai dengan komentar jika menurutnya perlu, yaitu dengan melakukan pengecekan secara detail terhadap cerita yang dipaparkannya, baik dengan menyebutkan sisi kekurangannya maupun monjelaskan kelebihannya jika orang-orang pada umumnya mengecapnya buruk, atau berpandangan lain jika memungkinkan, atau mengkritik perilakunya dengan kritik yang didasarkan pada syariat. Kemudian dia berusaha mengeluarkan penilaian secara umum terhadap orang yang ditulis biografinya itu, disertai dengan ketelitian. Ketelitian dalam menilai kepribadian manusia ini, memberikan cahaya terang yang dapat diambil manfaatnya oleh kebangkitan Islam, yaitu kebangkitan yang hampir memberikan hasilnya jika tidak dikotori oleh ulah sebagian orang yang memiliki pandangan picik, yang menuduh para ulama dan da'i sebagai orang-orang fasik, ahli bid'ah, berpaling dari mazhab salaf, tidak berhati-hati dalam menilai orang lain, dan tidak takut kepada Allah ketika berprasangka buruk terhadap orang lain. Ada juga orang yang tidak bisa hidup kecuali dengan mencela orang yang tidak sama dengannya, melupakan kebaikannya, dan menyembunyikannya. Orang-orang seperti itulah yang disangkal habis-habisan oleh Imam Az-Zahabi.

Adanya kajian kritis dalam kitab ini. Az-Zahabi seringkali tidak membiarkan peristiwa sejarah berjalan tanpa kritik jika menurutnya memang perlu dikritik dan dijelaskan. Oleh karena itu, Anda melihat beliau terkadang menolak peristiwa yang dinilainya mungkar atau mengoreksi peristiwa yang masih sebatas asumsi atau mendukung pendapat penulis lain atau menjelaskan pendapatnya dalam masalah yang , perlu dirinci, dijelaskan, dan sebagainya. Metode kritis semacam inilah yang sering ditinggalkan oleh buku-buku sejarah dan biografi lainnya.

2. Kitab ini memuat masalah-masalah yang tidak dimuat oleh kitab-kitab lain, karena ia memadukan informasi sejarah dengan riwayat hidup. Kitab Al Bidayah wa An-Nihayah misalnya, memuat cerita-cerita sejarah yang cukup luas, tetapi tidak memuat biografi para ulama, orang-orang pilihan, para pemimpin, dan sebagainya. Begitu juga kitab Al Kamil karya Ibnu Al-Atsir dan kitab Tarikhul Umam wa al-Muluk karya At-Tabari. Memang ada kitab-kitab yang memuat biografi para tokoh seperti ini, namun rentetan cerita sejarah dengan metode penyusunan yang urut tidak ditemukan di dalamnya. Misalnya kitab Hilyah Al Auliya' dan Ath-Thabaqat karya Ibnu Sa'ad, serta Wafayat Al 'A'yaan. Sedangkan kitab ini membahas tentang biografi secara panjang lebar disertai dengan cerita-cerita sejarah dan metode yang runtun, yang ditulis di sela-sela penulisan biografi seorang tokoh, khususnya biografi para khilafah, raja, dan pemimpin.

3. Kitab As-Siyar ini mencakup sebagian besar sejarah orang-orang penting dimata manusia. Kebanyakan mereka atau sebagian mereka, walaupun cacat di mata syariat- tidak hanya memuat pengikut madzhab fikih tertentu, raja, khalifah, pemirnpin, penyair, ahli sastera Arab, ahli bahasa, pahlawan, satria, pemimpin perang, doktor, hakim,praktisi, dan penganut madzhab tertentu, tetapi juga mencakup seluruh kelompok yang disebutkan dan hampir mencakup seluruh teritorial Islam. Memang benar biografi para ahli hadits lebih banyak disebutkan daripada tokoh-tokoh lainnya. Hal itu karena perhatian Imam Az-Zahabi terhadap hadis, lebih besar daripada disiplin ilmu lainnya, karena memang beliau seorang hafiz dan mahir di dalam hadis. Akan tetapi, kebanyakan para ahli hadis pada abad keemasan Islam dan sesudahnya adalah para ahli feqah, ahli tafsir, orang-orang yang berperang di jalan Allah, para sasterawan, ahli nahwu, dan tokoh-tokoh lainnya yang terkenal.

Wafatnya

Imam Az-Zahabi wafat pada malam Isnin, 3 Zulkaedah 748H, di Damsyik, Syiria dan dimakamkan di pekuburan Bab as-Shaghir.

Semoga Allah meredhai beliau dan menempatkannya dalam keluasan syurgaNya.

Dari : www.alquran-sunnah.com



-
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Salah satu diantara aqidah syiah yang paling berbahaya adalah doktrin taqiyah. Taqiyah dalam ajaran syiah adalah upaya berbohong dalam rangka menyembunyikan jati diri ketika dalam kondisi Syiah minoritas. Baik untuk tujuan menjaga diri dari gangguan luar atau untuk menimbulkan kesamaran di tengah masyarakat tentag hakekat syiah atau untuk menyudutkan lawan syiah.

Taqiyah dilakukan dengan cara menampakkan sesuatu berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya. Ungkapan lainnya artinya nifaq dan menipu, sebagai usaha mengelabui atau mengecoh manusia. Dengan bahasa yang lebih ringkas, taqiyah hakikatnya adalah berdusta.

(Simak keterangan Muhammad Jawad Mughniyah, dalam bukunya As-Syiah fil Mizan).

Taqiyah, Rukun Penting dalam Agama Syiah


Taqiyah menjadi ajaran penting dalam agama Syi’ah. Para tokoh syiah membuat berbagai riwayat dusta atas nama ahlul bait, untuk memotivasi umat Syiah agar melakukan taqiyah. Taqiyah mereka jadikan prinsip hidup yang tidak terpisahkan dalam ajaran syiah. Berikut beberapa riwayat dusta atas nama ahlul bait, tentang pentingnya Taqiyah,

Pertama, taqiyah bagian dari agama

Keterangan Al-Kulaini, tokoh syiah ini meriwayatkan dari Ja’far As-Shadiq,
التقية من ديني ودين آبائي ولا إيمان لمن لا تقية له

“Taqiyah bagian dari agamaku dan agama bapak-bapakku. Tidak ada iman bagi orang yang tidak melakukan taqiyah.”

Dia juga meriwayatkan dari Abdullah bin Ja’far,
إن تسعة أعشار الدين في التقية , ولا دين لمن لا تقية له

“Sesungguhnya sembilan persepuluh (90%) bagian agama adalah taqiyah. Tidak ada agama bagi orang yang tidak melakukan taqiyah.”
[Ushul Al-Kafi 2/217, Biharul Anwar 75/423, dan Wasail Syiah 11/460].
Kedua, taqiyah merupakan akhlak paling mulia

Keterangan At-Thusi. Dalam bukunya Al-Amali, dia meriwayatkan dari Ja’far,
ليس منا من لم يلزم التقية , ويصوننا عن سفلة الرعية

“Bukan bagian dariku, orang yang tidak menekuni taqiyah, dan tidak melindungi kami dari rakyat jelata.”

Kemudian dalam Al-Ushul Al-Ashliyah, At-Thusi juga meriwayatkan dari Imam Al-Baqir, bahwa beliau ditanya, ‘Siapakah manusia yang paling sempurna?’ Jawab Imam Al-Baqir,
أعلمهم بالتقية … وأقضاهم لحقوق إخوانه

“Orang yang paling tahu tentang taqiyah.. dan yang paling sempurna dalam menunaikan hak saudaranya.”

Juga diriwayatkan dari Al-Baqir,
أشرف أخلاق الأئمة والفاضلين من شيعتنا استعمال التقية

“Akhlak paling mulia dari para imam dan orang-orang penting dari kelompok kami adalah melakukan taqiyah.”

Kemudian, dalam kitab Al-Mahasin, dari Habib bin Basyir, dari Abu Abdillah,
لا والله ما على الأرض شيء أحب إلي من التقية، يا حبيب إنه من له تقية رفعه الله يا حبيب من لم يكن له تقية وضعه الله

“Demi Allah, tidak ada di muka bumi ini, sesuatu yang lebih aku cintai melebihi taqiyah. Wahai Habib, orang yang melakukan taqiyah, Allah akan angkat derajatnya. Wahai Habib, siapa yang tidak melakukan taqiyah, akan Allah rendahkan.”

Ketiga, taqiyah hukumnya wajib, meninggalkan taqiyah = meninggalkan shalat

Tokoh Syiah Ibnu Babawaih mengatakan,
اعتقادنا في التقية أنها واجبة من تركها بمنزلة من ترك الصلاة

“Keyakinan kami tentang taqiyah, bahwa taqiyah itu wajib. Siapa yang meninggalkan taqiyah, seperti orang yang meninggalkan shalat.” (Al-I’tiqadat, hlm. 114).

Untuk mendukung keterangannya, dia tidak malu untuk berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan menyantumkan hadis palsu,
تارك التقية كتارك الصلاة

“Orang yang meninggalkan taqiyah, sama dengan orang yang meninggalkan shalat.”
[Simak Jami’ Al-Akhbar, hlm. 110 dan Bihar Al-Anwar, 75/412]

Ketika Bohong Menjadi Prinsip Agama


Apa yang bisa anda simpulkan, ketika bohong kebiasaan hidup seseorang atau menjadi prinsip hidup seseorang. Anda tentu yakin, orang ini akan selalu diwaspadai oleh rekan dan lingkungannya. Karena dia bisa menipu siapapun, kapanpun dan di manapun.

Bagi syiah, taqiyah (baca: berbohong) tidak semata menjadi prinsip hidup. Lebih dari itu, mereka meyakini, taqiyah merupakan amal sholeh yang menjadi sumber pahala. Berbohong demi syiah mereka anggap sebagai amal ibadah mulia yang akan meningkatkan derajatnya.

Mereka bisa memiliki 1000 wajah untuk mengelabuhi masyarakat tentang siapakah sejatinya syiah. Mereka bisa berdusta dan berbohong, kapanpun dan dimanapun, demi pencitraan syiah. Mereka bisa berbohong untuk membangun opini positif di mata publik tentang Iran. Mereka tidak segan berdusta, untuk menarik simpati kaum muslimin terhadap syiah. Mereka bisa berdusta untuk menciptakan kesan, syiah adalah kelompok minoritas yang tertindas. Mereka juga tidak segan berdusta, menampakkan perlawanan terhadap Zionis yahudi di mata dunia, meskipun sejatinya mereka sendiri seperti yahudi.

Siapa sasarannya?

Tentu saja bukan kepada sesama syiah. Bohong ini mereka arahkan kepada kelompok yang mereka anggap sebagai musuh besar syiah, yaitu kaum muslimin ahlus sunnah wal jamaah. Kami, anda, dan seluruh kaum muslimin yang bukan syiah adalah sasaran utama kebohongan taqiyah itu.

Itulah yang menjadi landasan Khomaini untuk memobilisasi masa. Dia menekankan kepada para pengikutnya, kaum muslimin selain syiah sama sekali tidak memiliki kehormatan, layaknya orang kafir. Menipu mereka atau bahkan menumpahkan darah mereka adalah tindakan mulia yang layak dilakukan semua orang syiah.

Dalam bukunya Al-Makasib Al-Muharramah, Khomaini mengatakan,
فلا شبهة في عدم احترامهم، بل هو من ضروري المذهب كما قال المحققون، بل الناظر في الأخبار الكثيرة في الأبواب المتفرقة لا يرتاب في جواز هتكهم والوقيعة فيهم، بل الأئمة المعصومون أكثروا في الطعن واللعن عليهم، وذكر مساويهم… والظاهر منها جواز الافتراء والقذف عليهم.

“Tidak ada lagi keraguan, bahwa mereka (ahlus sunah), tidak memiliki kehormatan. Bahkan itu bagian prinsip penting dalam madzhab syiah, sebagaimana yang disampaikan ulama. Orang yang mempelajari berbagai riwayat yang banyak dalam berbagai kajian yang berbeda, tidak akan ragu tentang bolehnya merusak mereka dan menyakiti mereka. Bahkan para imam maksum, sangat sering mencela, melaknat, serta menghina mereka (ahlus sunah)….dan yang zahir, boleh membuat kedustaan dan melemparkan kedustaan kepada mereka”
[Al-Makasib Al-Muharramah, Al-Khumaini, Muassasah Ismailiyan, cet. Ketiga, 1410 H. Jilid 1, hlm. 251 – 252].
Hal yang sama juga disampaikan Al-Khou’i – salah satu tokoh syiah yang sangat membenci ahlus sunah – ,
… وأما هجو المخالفين أو المبدعين في الدين فلا شبهة في جوازه؛ لأنه قد تقدم في مبحث الغيبة، أن المراد بالمؤمن هو القائل بإمرة الإثني عشر (عليهم السلام)، … ومن الواضح أن ما دل على حرمة الهجو مختص بالمؤمن من الشيعة، فيخرج غيرهم عن حدود حرمة الهجو موضوعاً…. أنه قد تقتضي المصلحة الملزمة جواز بهتهم والإزراء عليهم، وذكرهم بما ليس فيهم افتضاحاً لهم، والمصلحة في ذلك استبانة شؤونهم لضعفاء المؤمنين، حتى لا يغتروا بآرائهم الخبيثة

“Menghina kaum yang menyimpang atau para pelaku bid’ah dalam agama (ahlus sunah), tidak samarnya, hukumnya boleh. Sebagaimana pembahasan ghibah yang telah lewat, bahwa yang dimaksud orang mukmin adalah mereka yang mengikuti prinsip kepemimpinan imam dua belas ‘alaihimus salam,… dan sangat jelas, dalil yang menunjukkan larangan menghina, hanya tertuju kepada orang syiah yang beriman. Sehingga tidak termasuk selain syiah, mereka di luar batas larangan penghinaan.… Berdasarkan tuntutan kemaslahatan yang kuat, boleh memfitnah mereka, melemparkan kedustaan kepada mereka, menyebutkan kesalahan yang tidak mereka lakukan, untuk mempermalukan mereka. Bentuk maslahat dalam hal ini adalah membeberkan keadaan buruk mereka, mengingat kaum muskminin (baca: Syiah) masih lemah. Sehingga syiah yang lemah iman ini tidak tertipu dengan pemikiran buruk mereka…”
[Misbah Al-Faqahah, Al-Khou’i, penerbit Al-Ilmiah, Qom, cet. Pertama, jilid 1, hlm. 700 – 701].
Allahul musta’an, seperti itulah kebencian mereka terhadap kaum muslimin. Berlindunglah kepada Allah, agar anda tidak menjadi salah satu korban kekejaman mereka.

Peringatan Ulama tentang Kedustaan Syiah


Memahami kenyataan prinsip taqiyah, para ulama kaum muslimin sejak masa silam telah mengingatkan penipuan mereka. Mereka menolak informasi dari syiah, karena memiliki sifat dasar: pembohong. Berikut pernyataan mereka,

1. Keterangan Imam Malik

Asyhab – ulama Malikiyah – mengatakan,
سئل مالك عن الرافضة ؟ قال لا نكلمهم ولا نروي عنهم فإنهم يكذبون

“Imam Malik ditanya tentang rafidhah (syiah). Jawaban beliau: “Kami tidak mau bicara dengan mereka, tidak meriwayatkan dari mereka, karena mereka suka berdusta.”

2. Keterangan Imam As-Syafii

Diriwayatkan oleh Harmalah – salah satu murid Imam As-Syafii –,
سمعت الشافعي يقول لم أر أشهد بالزور من الرافضة

“Saya mendengar As-Syafii mengatakan, ‘Saya belum pernah mengetahui ada kelompok yang paling mudah berdusta melebihi rafidhah (syiah).”

3. Yazid bin Harun Al-Wasithi – salah satu ulama tabi’ tabiin – mengatakan,
يكتب عن كل صاحب بدعة إذا لم يكن داعية إلا الرافضة فإنهم يكذبون

“Boleh ditulis semua hadis dari pelaku bid’ah, selama dia bukan tokohnya. Kecuali rafidhah, karena mereka suka berdusta.”
[Simak 3 keterangan di atas dalam An-Nukat ‘ala Muqadimah Ibnu Sholah, Az-Zarkasyi, 3/399 dan Tadribur Rawi, As-Suyuthi, 1/327].
4. Syarik bin Abdillah – seorang Qadhi Kufah di zaman Imam Abu Hanifah – mengatakan,
أحمل العلم عن كل من لقيت إلا الرافضة فإنهم يضعون الحديث ويتخذونه دينا

“Saya menimba ilmu (hadis) dari setiap orang yang saya jumpai, kecuali rafidhah (syiah). Karena mereka memalsu hadis dan menjadikannya sebagai aturan agama.” (Tadribur Rawi, As-Suyuthi, 1/327).

5. Bahkan hanya sebatas mencela sahabat, hadisnya sudah tidak boleh diterima, karena diduga syiah. Itulah kehati-hatian yang dilakukan Ibnul Mubarok – gurunya Imam Bukhari –, beliau mengatakan,
لا تحدثوا عن عمرو بن ثابت فإنه كان يسب السلف

“Janganlah kalian mengambil hadis dari Amr bin Tsabit. Karena dia melaknat para sahabat.” (Tadribur Rawi, As-Suyuthi, 1/327).

6. Syaikhul Islam mengatakan
وقد اتفق أهل العلم بالنقل والرواية والإسناد على أن الرافضة أكذب الطوائف والكذب فيهم قديم ولهذا كان أئمة الإسلام يعلمون امتيازهم بكثرة الكذب

“Para ulama sepakat, berdasarkan nukilan, riwayat, dan sanad, bahwa rafidhah (syiah) adalah kelompok paling pendusta. Dan dusta bagi mereka, ada sejak masa silam. Karena itu, para ulama islam mengenal ciri khas mereka dengan banyaknya berdusta.” Selanjutnya, Syaikhul Islam menyebutkan beberapa riwayat di atas. (Minhaj As-Sunah An-Nabawiyah, 1/59).

7. Keterangan lainnya dari Ibnu Hazm, dalam karyanya tentang firqah dan kelompok-kelompok yang menisbahkan dirinya kepada islam,
… إنما هي فرق حدث أولها بعد موت النبي صلى الله عليه وسلم بخمس وعشرين سنة …وهي طائفة تجري مجرى اليهود والنصارى في الكذب والكفر

Rafidhah (syiah) adalah kelompok yang pertama kali muncul 25 tahun setelah meninggalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam… dan itulah kelompok yang sangat persis denga Yahudi dan Nasrani dalam hal berdusta dan melakukan kekufuran. (Al-Fashl fi Al-Milal wa Al-Ahwa wa An-Nihal, Ibnu Hazm, 1/176).

Atas Nama Ahlul Bait


Selanjutnya anda bisa menilai klaim mereka sebagai pengikut ahlul bait. Anda bisa menilai kebenaran pengakuan mereka sebagai pemilik riwayat dari Ahlul Bait.

1. Mungkinkah ahlul bait mengajarkan kawin kontrak (nikah mut’ah) yang sama sekali tidak berbeda dengan zina?

Sebagai referensi penilaian, anda bisa simak aturan nikah mut’ah dan tarifnya di Iran:

2. Mungkikah ahlul bait mengajarkan kaum muslimin untuk melaknat Abu Bakar, Umar, Utsman, A’isyah, dan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya?

Sebagai referensi penilaian, anda bisa pelajari:

3. Mungkinkah ahlul bait mengajarkan doktrin bahwa Al-Quran telah berubah? Mungkinkah mereka masih menyimpan Al-Quran, dan tidak diajarkan kepada kaum muslimin yang lainnya dan hanya dimiliki syiah.

Sebagai referensi, anda bisa pelajari,

4. Mungkinkah ahlu bait mengajarkan kultus kepada para Imam, dan orang shaleh. Sampai memposisikan mereka layaknya Tuhan.

Sebagai referensi, anda bisa pelajari,

5. Dan mungkinkah ahlul bait mengajarkan umat untuk rajin berdusta?? Sehebat apapun penipu, dia tidak akan pernah mau ditipu.

Masih ada segudang keyakinan aneh syiah, yang dia klaim sebagai ajaran ahlul bait. Anda bisa pelajari di:

Penjelasan Syiah lebih Ilmiah?


Karena itu, sungguh aneh ketika ada orang yang menjadikan keterangan syiah sebagai referensi yang dihargai. Bagaimana mungkin, pendusta dan pembohong bisa menjadi rujukan dalam informasi. Terlebih di saat musim ketegangan antara kaum muslimin dan kelompok syiah.

Lebih menyedihkan lagi, ketika ada orang yang tertipu dan menganggap keterangan tokoh syiah lebih ilmiah. Anda boleh geleng kepala… bohong, dianggap ilmiah. Sayangnya, mereka yang tertipu dengan kebohongan syiah kebanyakan dari kalangan civitas akademik universitas-universitas ‘islam’ (dalam tanda kutip) di Indonesia.

Sebagai contoh, anda bisa saksikan, bagaimana upaya pembelaan mereka terhadap kekejaman pemerintahan Basyar, yang membantai kaum muslimin Suriah.

Beberapa klaim yang sering kita dengar, yang mengunggulkan syiah,

1. Syiah penganut ahlul bait

2. Sunni mendapat riwayat dari sahabat, dan syiah mendapat riwayat dari ahlul bait

3. Iran musuh besar Amerika & Zionis Yahudi

4. Iran memiliki bom nuklir yang membuat Amerika & Zionis Yahudi gentar

5. Iran & Syiah, musuh barat – pembebas palestina

6. Iran negera islam makmur & berperadaban

7. Iran pemimpin peradaban islam dunia

8. Perjuangan sang revolusioner ayatollah Khumaini

9. Ahmadi Nejad, pemimpin muslimin dunia yang rendah hati

10. Al-Quran kita sama

Dan sejuta klaim lainnya. Namun sayang, banyak orang yang rela untuk jadi korban kedustaan mereka. Semoga kita tidak termasuk…

Kang Jalal Berdusta


Jika anda mendengar kalimat ini maka benarkanlah. Tokoh sentral syiah indonesia ini, sering sekali menukil dalil atau keterangan ulama dengan cara serampangan. Tidak lain, dalam rangka mengelabuhi masyarakat tentang hakekat syiah. Sekalipun harus memlintir ayat Al-Quran atau hadis, atau keterangan ulama. Yang penting, syiah menang.

Anda bisa simak beritanya di:

Sudah saatnya anda buang jauh-jauh citra orang ini, agar anda tidak termasuk korban penipuannya.

Buku-buku Syiah


Pernahkah anda mendapatkan buku syiah dijual bebas di pasaran? Pernahkah anda membeli referensi asli syiah beredar di toko-toko buku? Bagian ini yang mungkin sering kita lupakan. Mengapa mereka begitu merahasiakan buku-buku dan referensi asli mereka? Informasi dari beberapa rekan yang ingin mencari fakta, merasa kesulitan untuk mendapatkan buku asli karya ulama-ulama syiah Iran. Itulah sikap eksklusif Iran. Dia jauh lebih tertutup dibandingkan Amerika. Seolah, pemerintah Iran berusaha menutup rapat, jangan sampai kaum muslimin dunia mempelajari aqidah, doktrin dan ajaran Syiah Iran. Kecuali jika kita telah menjadi syiah. Kita bisa dengan mudah mendapatkan referensi asli mereka. Tapi sekali lagi…, jika otak kita sudah terinstal program syiah.

Ini berbeda dengan Saudi. Pemerintah Saudi sangat gencar menyebarkan buku-buku gratis ajaran islam yang didakwahkan di Saudi kepada umumnya masyarakat. Mereka begitu terbuka di hadapan kaum muslimin. Seolah Saudi ingin berteriak kepada kaum muslimin, silahkan pelajari seluruh aqidah, doktrin dan ajaran kami. Dan silahkan memberikan penilaian, apakah ajaran kami sesat ataukah sesuai Al-Quran dan sunah. Anda bisa menilai, jika memang prinsip beragama yang diajarkan oleh pemerintah Saudi itu sesat, mereka akan berusaha merahasiakannya, sebagaimana yang dilakukan pemerintah Iran terhadap ajaran Syiah.

Buka Kedok dengan Referensi Asli


Karena itu, ketika seseorang hendak debat dengan syiah, dia wajib mempelajari buku-buku syiah. Referansi asli yang ditulis oleh tangan-tangan tokoh syiah. Tanpa ini, dia hanya akan menjadi bahan tipuan orang syiah yang menjadi lawan debatnya. Sebagaimana yang pernah terjadi pada salah satu dai di Jogja, hingga akhirnya dia mengikuti Syiah.

Dengan buku asli, ketahuan kedoknya. Di situlah syiah tidak bisa mengelak. Mereka tidak bisa mengelabuhi. Karena wajah asli syiah, ada dalam karya tokoh aliran sesat ini. Sekalipun sejuta kemunafikan untuk menutupi dirinya, dia tidak akan bisa mengelak jika ditunjukkan ucapan tokohnya.

Sungguh betapa capeknya dakwah melawan syiah. Karena doktrin yang paling berbahaya yang mereka miliki: taqiyah, yang hakekatnya adalah kemunafikan. Semoga Allah melindungi kita dari kelompok munafik, yang menjadi musuh dalam selimut bagi kaum muslimin ini.

Allahu a’lam

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)