Slider

Aktual

Smal Galeri

Artikel

Aqidah

Galeri

Berita

Video

» » Mutiara Salaf
«
Previous
Posting Lebih Baru
»
Next
Posting Lama

FAIDAH KISAH PARA RASUL
         Alloh ta’ala berfirman:
{ وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ} [هود: 120]
“Dan masing-masingnya telah Kami kisahkan kepadamu berita-berita para Rosul yang dengannya Kami kokohkan hatimu.Dan telah datang kepadamu kebenaran di dalam berita-berita ini, dan juga petuah dan peringatan bagi kaum Mukminin.”

            Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Maka di dalam kisah-kisah perkara-perkara ini ada pelajaran bagi orang-orang yang beriman pada para Nabi, karena mereka (para Nabi) pasti diuji dengan perkara yang lebih besar dari pada ini, dan mereka tidak berputus asa jika diuji dengan itu. Dan mereka tahu bahwasanya orang yang lebih baik dari mereka telah diuji dengan itu, dan ternyata kesudahannya adalah bagus, maka orang yang ragu hendaknya menjadi yakin, orang yang berdosa menjadi mau bertobat, dan menguatlah keimanan kaum mukminin dengan kisah-kisah tadi. Maka dengan itu menjadi benarlah peneladanan mereka dengan para Nabi, sebagaimana dalam firman Alloh:

﴿لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ الله أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الله وَالْيَوْمَ الْآخِرَ﴾ [الأحزاب: 21].
“Sungguh telah ada untuk kalian pada diri Rosululloh suri teladan yang bagus bagi orang yang mengharapkan Alloh dan Hari Akhir.”

Dan di dalam Al Qur’an ada banyak kisah para Rosul yang di dalamnya ada hiburan dan pengokohan, agar mereka dijadikan sebagai teladan dalam kesabaran dalam menghadapi orang yang mendustakan dan menyakiti mereka.”(“Majmu’ul Fatawa”/15/hal. 178-179).
TEKAD KUAT UNTUK MENJALANKAN PERINTAH ALLAH
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh: “Dan sungguh Alloh subhanahu wata’ala telah memerintahkan untuk menerima perintah-perintah-Nya dengan ‘azm (kokohnya keinginan) dan jidd (kuatnya amalan), maka Alloh ta’ala berfirman:
خذوا ما آتيناكم يقوة.
“Ambillah apa yang Kami berikan pada kalian dengan kuat.” (QS. Al Baqoroh: 63).
Dan berfirman:
وكتبنا له في الألواح من كل شيء موعظة وتفصيلا لكل شيء فخذها بقوة.
“Dan Kami telah menulis untuknya di dalam papan-papan kayu itu dari segala sesuatu sebagai petuah dan perincian untuk segala sesuatu, maka ambillah dia dengan kuat.” (QS. Al A’rof: 145).
Alloh juga berfirman:
يا يحيى خذ الكتاب بقوة.
“Ya Yahya, ambillah Al Kitab dengan kuat.” (QS. Maryam: 12).
Yaitu: dengan kesungguhan, pencurahan kemampuan dan tekad, bukan seperti orang yang mengambil apa yang diperintahkan tapi dengan ragu-ragu dan kemalasan.”
(Selesai dari “Madarijus Salikin”/1/hal. 470).
JALAN YANG LURUS
Syaikhul Islam –rohimahulloh- berkata: “Sesungguhnya jalan yang lurus itu mencakup perkara-perkara batin yang terdapat dalam hati, baik berupa keyakinan, kehendak dan sebagainya. Demikian pula mencakup perkara-perkara dzohir (yang nampak), baik berupa perkataan atau perbuatan. Hal itu terkadang berupa perkara peribadatan dan terkadang berupa perkara adat-istiadat, baik dalam berpakaian, makanan, pernikahan, tempat tinggal, persatuan, perpecahan, safar, bermukim, kendaraan dan lain sebagainya.” (Iqtidho’ Ash-Shirothil Mustaqim: 1/92)
Ibnul Qoyyim –rohimahulloh- berkata: “Siapa yang diberi petunjuk (hidayah) di dunia ini kepada jalan yang lurus yang karenanya diutuslah para Rosul dan diturunkanlah kitab-kitab suci, niscaya ia akan diberikan petunjuk kepada jalan yang lurus kelak, mengantarkannya kepada jannah (surga) dan negeri pembalasan amalan. Semakin kokoh kaki seorang hamba di atas jalan yang lurus ini yang telah dibentangkan oleh Alloh untuk hamba-hamba-Nya di dunia, maka demikian juga kekokohannya di atas jalan yang terbentang di atas punggung Jahannam. Seberapa panjang kadar perjalanannya di atas jalan ini, maka akan mempengaruhi perjalanannya kelak di atas jalan itu (di akherat kelak). Sebagian mereka ada yang melewatinya dengan secepat kilat, sebagian yang lain melewatinya dengan sekejap mata, sebagian lainnya secepat angin, sebagian lainnya seperti mengendarai kendaraan, sebagian mereka berlari dan yang lainnya berjalan. Di antara mereka ada yang  merangkak. Sebagian mereka ada yang selamat dalam keadaan terkoyak-koyak dan sebagian yang lain terbanting ke neraka. Maka hendaknya seorang hamba itu melihat perjalanan hidupnya di atas jalan ini (di dunia) sama persis dengan jalan akherat itu sebagai balasan yang setimpal.
}هل تجزون إلا ما كنتم تعملون{
“Tiadalah kalian dibalasi, melainkan setimpal dengan apa yang dahulu kalian kerjakan.” (QS. An-Naml: 90)
Hendaknya pula seseorang itu melihat kepada syubuhat dan syahawat yang memalingkannya dari perjalanan di atas jalan yang lurus ini. Sesungguhnya itu merupakan cakar-cakar besi yang berada di tepi-tepi shiroth (di akherat) yang menyambar dan merintangi seseorang yang melewatinya. Jika syubhat-syubhat dan syahawat itu banyak terjadi dan menguat di dunia ini, maka di sana demikian juga keadaannya.
}وما ربّك بظلّام للعبيد{
“Sekali-kali tidaklah Robb-mu itu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushilat: 46).”
(Madarijus Salikin; Al-Matholibul ‘Aliyah Allati Isytamalat ‘Alaiha Shurotul Fatihah: 1/15, cet. Darul Hadits)
SEMANGAT MEMERANGI AHLUL BID’AH !!
Asy Syaikh Al ‘Allamah Muhammad Al Basyir Al-Ibrohimi -rohimahulloh- berkata: “Wajib bagi seorang alim agama ini untuk bersemangat dalam memberikan petunjuk ketika bersemangatnya kesesatan itu dan untuk bersegera di dalam menolong kebenaran ketika dia melihat kebatilan sedang melawannya serta untuk menyerang kebid’ahan, kejelekan serta kerusakan sebelum menjadi kuat dan semakin memuncak, sebelum manusia menjadi terbiasa dengannya dan meresap dalam hati-hati mereka sehingga sulit untuk mencabutnya. Maka wajib atas seorang alim untuk terjun ke tengah-tengah kancah sebagai mujahid, janganlah dia menjadi orang yang tertinggal di belakang dan hanya duduk-duduk saja. Hendaknya juga untuk berbuat sebagaimana yang dilakukan oleh para pengobat pemberi nasehat di tempat-tempat terjangkitnya wabah penyakit untuk menyelamatkan manusia dan untuk menyadarkan orang-orang yang berada dalam kesalahan, bukannya berjalan bersama mereka, tetapi berusaha untuk membubarkan perkumpulan mereka di atas kesalahan tersebut.” (“Al-Atsar”/karya beliau/4/110-111/sebagaimana dalam kitab “Ash Showarif ‘Anil Haqq”/Hamd bin Ibrohim Al ‘Utsman/hal. 143/Darul Imam Ahmad).
Al Imam Ibnu Wadhdhoh رحمه الله menyebutkan bahwasanya Asad bin Musa berkata dalam kitabnya yang ditulis kepada Asad bin Furoth: “Ketahuilah, wahai Saudaraku. Bahwasanya yang menggerakkanku untuk menulis surat kepadamu ini adalah apa yang disebutkan oleh penduduk setempatmu mengenai kesholehan yang telah Alloh anugerahkan kepadamu yang diantaranya adalah keadilanmu terhadap sesama manusia, keadaanmu yang baik dengan menampakkan sunnah, celaanmu terhadap ahli bid’ah dan banyaknya celaanmu terhadap mereka. Sehingga Alloh menghancurkan mereka dan menguatkan punggung-punggung Ahlus Sunnah melalui tanganmu dan menguatkanmu di atas mereka dengan cara membongkar aib dan mencela mereka. Maka Alloh pun menghinakan mereka dengan hal tersebut. Maka jadilah mereka itu pun bersembunyi dengan kebid’ahan mereka. Maka bergembiralah wahai Saudaraku dengan pahala amalanmu tersebut. Anggaplah hal tersebut termasuk amalan baikmu yang lebih utama dari sholat, haji dan jihad. Dimanakah keutamaan amalan-amalan tersebut dibandingkan dengan menegakkan Kitabulloh dan menghidupkan Sunnahnya?!” (Al-Bida’ wan Nahi ‘Anha oleh Ibnu Wadhdhoh/1/hal. 7).
Al Imam Ibnu ‘Asakir رحمه الله berkata: Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad biografi Imam Ahmad bin ‘Aunillah Abu Ja’far Al-Andalusi (tahun 378H): “Dahulu Abu Ja’far Ahmad bin ‘Aunillah adalah seorang yang senantiasa ber-ihtisab (mengharapkan pahala) dalam bersikap keras terhadap ahlul bida’ dan menghinakan mereka, mencari kejelekan-kejelekan mereka, bersegera untuk menimpakan bahaya kepada mereka, pijakannya sangat keras terhadap mereka, mengusir mereka jika bisa menguasai mereka tanpa menyisakan mereka. Orang yang termasuk dari mereka merasa takut kepada beliau dan bersembunyi dari beliau.  Beliau tidak berbasa-basi pada seorangpun dari mereka sama sekali, tidak berdamai dengannya. Apabila beliau mendapati suatu kemungkaran dan menyaksikan suatu penyimpangan terhadap Sunnah, maka beliau menentangnya, membeberkan kesalahannya, secara terang-terangan menyebut namanya, berlepas diri darinya dan mencercanya dengan sebutan kejelekan di depan khalayak ramai, dan menyemangati masyarakat untuk menghukumnya hingga membinasakannya atau bertobat dari buruknya madzhabnya dan jeleknya aqidahnya. Beliau terus-menerus mengerjakan yang demikian, berjihad pada yang demikian dalam rangka mencari wajah Alloh hingga berjumpa dengan Alloh عز جل beliau punya kisah-kisah terkenal dan kejadian-kejadian yang disebut-sebut orang dalam menghadapi orang-orang yang menyimpang”. (“Tarikh Dimasyq”/5/hal. 118/biografi Ahmad bin ‘Aunillah Abu Ja’far)
  Al Imam Ibnu Qutaibah رحمه الله berkata: “Hanyalah kebatilan itu menjadi kuat dengan dia itu didiamkan.” (“Al Ikhtilaf Fil Lafzh”/karya beliau/sebagaimana dalam kitab “Ash Showarif ‘Anil Haqq”/Hamd bin Ibrohim Al ‘Utsman/hal. 140/Darul Imam Ahmad).
            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata: “Setiap kali orang yang tegak dengan cahaya kenabian itu melemah, maka menguatlah kebid’ahan.” (“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 104).
            Al Imam Ibnu Baz رحمه الله berkata: “Hanyalah ahlul batil itu bisa bekerja dan menjadi rajin manakala ilmu itu menjadi tersamar sementara kebodohan itu muncul, bersamaan dengan kosongnya medan ini dari orang yang berkata: “Alloh berfirman” dan “Rosululloh bersabda”. Maka ketika itulah mereka menjadi berani untuk menentang lawan mereka dan rajin untuk melakukan kebatilan mereka, dikarenakan tidak adanya orang yang mereka takuti dari kalangan ahlul haqq wal iman dan ahlul bashiroh.” (“Majmu’ Fatawa Wa Maqolat Ibnu Baz”/4/hal. 75/Dar Ashiddaul Mujtama’).
            Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله berkata: “Dan kebid’ahan itu muncul jika Ahlussunnah tidak melaksanakan penyebaran sunnah Rosululloh  صلى الله عليه وسلم  –sampai pada ucapan beliau:- maka jika sunnah itu muncul, maka sungguh bid’ah itu akan pergi dari negri yang di situ ada sunnah Rosululloh  صلى الله عليه وسلم.” (“Ghorotul Asyrithoh”/2/hal. 155-156/Maktabah Shon’a Al Atsariyyah).
Asy Syaikh Zaid bin Muhammad Al Madkholiy حفظه الله berkata: “Aku menuntut dan meminta kepada para ulama dan tokoh-tokoh yang mementingkan urusan Islam dan umat Islam, dan dengan derajat yang tertinggi adalah para pemudanya, agar mereka memperingatkan umat dengan semangat, terhadap seluruh penyelewengan dan terhadap manhaj-manhaj hizbiyyin harokiyyin dengan seluruh kelompok-kelompok mereka dan berbilangnya sekte-sekte mereka, dan segenap organisasi-organisasi mereka, … dst.” (“Quthuf Min Nu’utis Salaf”/hal. 42/karya beliau).
Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله berkata: “Dan sungguh aku menasihati para ulama dan para dai ke jalan Alloh dari kalangan Ahlussunnah agar mereka itu bersemangat dan bekerja keras dalam memperingatkan umat dari hizbiyyah yang membikin sial itu, yang merobek kesatuan Msulimin, dan hendaknya peringatan tersebut berkesinambungan, karena amalan Nabi صلى الله عليه وعلى آله وسلم itu adalah berkesinambungan.” (“MAqtausy Syaikh Jamilur Rohman”/hal. 6/Darul Atsar).
Al Imam Al Albaniy رحمه الله berkata: “Dan kami terang-terangan memerangi hizbiyyah-hizbiyyah karena pengelompokan-pengelompokan ini sesuai untuknya firman Alloh ta’ala:
﴿ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ﴾ [الروم : 32] .
“Setiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka.” (QS. Ar Rum: 32).
            Tiada hizbiyyah dalam Islam, di sana hanya ada satu hizb dengan nash Al Qur’an:
﴿ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الله هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾  [المجادلة : 22].
“Ketahuilah sesungguhnya hizb Alloh itulah yang beruntung.”
Dan hizb Alloh adalah jama’ah Rosululloh صلى الله عليه وسلم dan agar seseorang itu berada di atas manhaj Shohabat. Oleh karena itulah maka dirinya mencari ilmu tentang Al Kitab dan As Sunnah.” (“Al Masailil Ilmiyyah Wal Fatawasy Syar’iyyah Lisy Syaikh Al Albaniy”/disusun oleh Amr bin Abdil Mun’im/hal. 30/cet. Darudh Dhiya).
            Asy Syaikh Sholih Al Fauzan حفظه الله berkata: “Wajib untuk kita memperingatkan dari manhaj-manhaj yang menyelisihi manhaj Salaf. Ini termasuk dari bagian nasihat untuk Alloh, untuk kitab-Nya, untuk Rosul-Nya, dan untuk para pemimpin muslimin dan orang awamnya. Kita memperingatkan dari pelaku kejahatan, kita memperingatkan dari manhaj-manhaj yang menyelisihi manhaj Islam, dan kita menjelaskan bahaya-bahaya perkara-perkara ini pada manusia, dan kita mendorong mereka untuk berpegang teguh dengan Al Kitab dan As Sunnah. Ini wajib.” (Al Ajwibatul Mufidah”/Jamal Al Haritsiy/hal. 145/cet. Maktabatul Hadyil Muhammadiy).
Faedah dinukil dari kitab karya Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al-Qudsy berjudul Mengingat Koruptor Licik Berkedok Salafiy ABDULLOH BIN UMAR AL MAR’IY.
KEUTAMAAN ULAMA
﴿وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ الله خَيْرٌ لِمَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُون﴾ [القصص/80]
“Dan orang-orang yang diberi ilmu berkata: Celakalah kalian, pahala Alloh itu lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal sholih, dan tidak ada yang mendapatkannya kecuali orang-orang yang sabar.”
Al Imam Al Ajurriy رحمه الله berkata: “Maka sesungguhnya Alloh Yang Maha Perkasa dan Mahaagung, yang suci nama-namanya, mengkhususkan dari para makhluk-Nya orang yang dicintai-Nya. Maka Alloh membimbing mereka untuk beriman. Lalu Alloh mengkhususkan dari seluruh kaum mukminin orang yang dicintia-Nya, maka Dia memberikan karunia pada mereka, mengajari mereka Al Kitab dan Al Hikmah, dan menjadikan mereka paham terhadap agama, mengajari mereka tafsir, dan mengutamakan mereka di atas seluruh kaum Mukminin. Dan yang demikian itu terjadi di seluruh masa dan zaman. Alloh mengangkat mereka dengan ilmu dan menghiasi mereka dengan kesabaran. Dengan merekalah perkara yang halal itu bisa diketahui dan dipisahkan dari yang harom, yang benar diketahui dan dipisahkan dari yang batil, diketahui mana yang berbahaya dan mana yang bermanfaat, mana yang baik dan mana yang buruk.
Keutamaan mereka itu besar sekali, nilai mereka itu agung. Mereka adalah pewaris para Nabi dan penggembira para wali. Ikan paus di lautan memohonkan ampunan untuk mereka, para malaikat merundukkan sayap-sayap mereka untuk menghormati mereka. Dan para ulama para hari Kiamat memberikan syafaat setelah para Nabi. Majelis-majelis mereka memberikan faidah hikmah, dan dengan malan-amalan mereka orang-orang yang lalaipun berhenti dari kelalaian.
Mereka lebih utama daripada para ahli ibadah, dan lebih tinggi derajatnya daripada para ahli zuhud. Hidupnya mereka adalah ghonimah. Kematian mereka adalah musibah.
Mereka itu mengingatkan orang yang lalai, mengajari orang yang bodoh. Tidak dikhawatirkan datangnya kebinasaan untuk mereka, dan tidak ditakutkan datangnya kecelakaan dari arah mereka. Dengan bagusnya pendidikan mereka orang-orang yang taat berebutan. An dengan indahnya petuah mereka orang-orang yang kurang menjadi rujuk. Dan seluruh makhluk butuh kepada ilmu mereka.”(selesai dari kitab “Akhlaqul Ulama”/Al Ajurriy/hal. 3/cet. Darul Ats
Al Imam Ahmad bin Hanbal  رحمه الله تعالى:“Segala puji bagi Alloh yang menjadikan pada setiap zaman yang kosong dari para rosul sisa-sisa ulama yang mengajak orang yang tersesat untuk menuju kepada hidayah, dan bersabar menerima gangguan dari mereka, menghidupkan dengan kitabulloh orang-orang yang mati, dan memberi ilmu dengan cahaya Alloh orang-orang yang buta. Maka berapa banyaknya orang yang telah dibunuh oleh Iblis mereka hidupkan kembali, dan berapa banyaknya orang yang tersesat dan bingung mereka tunjuki lagi. Maka alangkah bagusnya pengaruh mereka kepada manusia, dan alangkah jeleknya bekas manusia kepada mereka. Mereka meniadakan dari Kitabulloh penyelewengan orang-orang yang ghuluw, dan pengaku-akuan para pelaku kebatilan, dan ta’wil orang-orang bodoh yang mengibarkan bendera-bendera kebid’ahan, dan melepaskan belenggu fitnah…” dst . (“Ar Rodd ‘Alaz Zanadiqoh Wal Jahmiyyah”/hal. 52/Darul Minhaj).

KARYA TULIS
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “… dan ini dikarenakan Alloh subhanah telah menjamin penjagaan hujjah-hujjah-Nya dan bayyinah-bayyinah-Nya, dan Rosululloh صلى الله عليه وسلم mengabarkan bahwasanya akan senantiasa ada sekelompok dari umat beliau yang tegak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menelantarkan mereka, ataupun orang yang menyelisihi mereka, sampai hari Kiamat. Maka senantiasa Alloh menanam orang-orang yang ditanam-Nya di dalam agama-Nya, mereka menanamkan ilmu di dalam hati-hati orang-orang yang Alloh beri kemampuan untuk itu dan diridhoi-Nya untuk itu, maka jadilah mereka itu pewaris bagi para ulama sebelumnya, sebagaimana para ulama sebelumnya pewaris bagi para ulama sebelumnya lagi, maka hujjah-hujjah Alloh tidak terputus. Dan yang menegakkannya juga tidak terputus di bumi. Dan di dalam atsar yang terkenal:
«لا يزال الله يغرس في هذا الدين غرسا يستعملهم بطاعته»
“Senantiasa Alloh menanam di dalam agama ini tanaman yang mereka itu Alloh jadikan beramal dengan ketaatan pada-Nya.”
Dan dulu termasuk doa sebagian orang terdahulu adalah:
اللهم اجعلني من غرسك الذين تستعملهم بطاعتك
“Ya Alloh jadikanlah saya termasuk dari tanaman-Mu yang Engkau jadikan mereka beramal dengan ketaatan pada-Mu.”
Dan karena itulah tidaklah Alloh tegakkan untuk agama ini orang yang menjaganya kemudian Dia mengambilnya kepada-Nya (mewafatkannya) kecuali dalam keadaan Alloh telah menanamkan apa yang diketahuinya dari ilmu dan hikmah, bisa jadi dalam hati-hati orang yang semisal dengannya, dan bisa jadi di dalam kitab-kitab yang dimanfaatkan oleh manusia sepeninggalnya.” (selesai dari “Miftah Daris Sa’adah”/1/hal. 147-148).
MEMBONGKAR AIB AHLUL BID’AH DAN JIHAD FII SABILILLAH
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata tentang ahlul bid’ah: “Maka menyingkap kebatilan mereka dan menjelaskan pembongkaran aib-aib mereka serta kerusakan kaidah-kaidah mereka termasuk jihad fi sabilillah yang paling utama. Nabi صلى الله عليه وسلم telah bersabda kepada Hassan bin Tsabit رضي الله عنه:
«إن روح القدس معك ما دمت تنافح عن رسوله»
“Sesungguhnya Ruhul Quds bersamamu selama engkau membela Rosul-Nya.”
Juga bersabda:
«أهجهم أو هاجهم وجبريل معك»
“Serang mereka dengan syair, atau balas serangan syair mereka, dan Jibril bersamamu.”
Juga bersabda:
«اللهم أيده بروح القدس ما دام ينافح عن رسولك»
“Ya Alloh, dukunglah dia dengan Ruhul Quds selama dia membela Rosul-Mu.”
Beliau juga bersabda tentang serangan syair beliau:
«والذي نفسي بيده لهو أشد فيهم من النبل»
“Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, benar-benar itu lebih keras bagi mereka daripada panah.”
Dan bagaimana penjelasan itu tadi tidak termasuk dari jihad fi sabilillah?” (“Showa’iqul Mursalah” /1/hal. 114/cet. Maktabatur Rusyd).
KWALITAS AKAL
Yahya bin Kholid -rohimahullohu- berkata:
ثلاثةُ أشياء تدلُّ على عُقول أرْبابها: الكتاب يدُل على عقل كاتبه، والرسولُ يَدُل على عقل مُرْسِله، والهديَّةُ تدل على عقل مُهديها.
“Ada tiga perkara yang menunjukkan akal pemiliknya: Kitab menunjukkan akal penulisnya. Utusan menunjukkan akal sang pengutus. Hadiah  menunjukkan akal sang pemberi.” (“Al ‘Aqdul Farid”/1/hal. 170).
 Ats Tsa’labiy -rohimahullohu- berkata:
كتاب المرء عنوان عقله، بل عيار قدره ولسان فضله
“Kitab seseorang merupakan alamat dari akalnya. Bahkan dia merupakan timbangan kadar dirinya dan lisan keutamaannya.” (“Yatimatud Dahr”/1/hal. 400).
RISALAH DAN KADAR AKAL
Abu ‘Ali -rohimahullohu- :
رسائل المرءٍ في كتُبه أدَلُّ على مِقدار عقله، وأصْدَقُ شاهداً على غيبه لك
“Risalah-risalah seseorang itu di dalam kitab-kitabnya itu paling bisa menunjukkan kadar akal dirinya, dan menjadi saksi yang paling jujur terhadap keadaan dirinya yang tersembunyi darimu.” (“Al Bayan Wat Tabyin”/1/hal. 67).

KONDISI RASULULLAH
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata tentang kondisi Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam: “Dan termasuk perkara yang telah diketahui dengan pasti dari keadaan beliau: bahwasanya beliau itu orang yang paling bersemangat untuk menunjuki umat beliau, mengajari mereka dan memberikan penjelasan pada mereka. Maka berkumpullah di dalam diri beliau kesempurnaan kemampuan, kesempurnaan faktor penyeru, dan kesempurnaan ilmu. Maka beliau adalah orang yang paling tahu dengan apa yang beliau serukan, orang yang paling mampu menempuh sebab-sebab dakwah, orang yang paling besar minat dan harapannya, dan paling sempurna nasihatnya. Jika orang yang sekian banyak tingkat di bawah beliau dalam setiap sifat tadi saja telah menjelaskan maksud dirinya, maka beliau lebih berhak dan lebih pantas dari segala sisi untuk menguasai puncak tertinggi sifat bayan (penjelasan).” (“Ash Showa’iqul Mursalah”/1/hal. 220).
MENOLAK KEBENARAN
  Al Imam Ibnu Baththoh رحمه الله berkata:
 “Maka ketahuilah wahai saudaraku,bahwasanya barangsiapa membenci kebenaran yang datang dari orang lain, dan justru menolong kesalahan yang datang dari dirinya sendiri, tidak bisa diamankan bahwasanya Alloh akan mengambil darinya apa yang sebelumnya telah dia ketahui, dan menjadikan dia lupa terhadap apa yang diingatnya, bahkan di khawatir nya Alloh  akan mencabut keimanan nya, karena kebenaran itu datang dari Rasulullah kepadamu, beliau mewajibkan untuk kamu taat padanya. Maka barangsiapa mendengar kebenaran lalu mengingkari nya setelah mengetahuinya, maka dia termasuk orang yang sombong kepada Alloh. Dan barangsiapa menolong kesalahan, maka dia termasuk tentara setan.” (“Al Ibanatul Kubro”/2/hal. 206).
ISLAM YANG MURNI
Syaikhul Islam rahimahulloh berkata:
“Dan jalan yang lurus ini adalah agama Islam yang murni, dan dia itu adalah apa yang ada di dalam Kitabulloh ta’ala, dan dia itu adalah sunnah dan jama’ah, karena sesungguhnya sunnah yang murni itulah agama Islam yang murni. (“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 370).
PAKAIAN TAQWA
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ﴾ [الأعراف/26].
“Dan pakaian ketaqwaan itu lebih baik”
            Al Imam As Sa’diy رحمه الله berkata: “… karena sesungguhnya pakaian taqwa itu lestari bersama sang hamba, tidak lusuh dan tidak binasa. Dan dia itu adalah kecantikan hati dan ruh. Adapun pakaian lahiriyyah, maka paling puncaknya adalah untuk menutup aurot, di suatu waktu, atau menjadi pakaian keindahan bagi manusia, dan tidak ada di belakang itu manfaat darinya.” (“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 285).
TAQWA DAN HIDAYAH
 Alloh ta’ala berfirman:
﴿ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِين﴾ [البقرة/2]
“Yang Kitab ini tiada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”
            Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Maka setiap kali sang hamba bertaqwa pada Robbnya, naiklah dirinya kepada hidayah yang lain, maka dia ada pada penambahan hidayah selama dirinya ada pada penambahan taqwa. Dan setiap kali meluputkan satu langkah dari ketaqwaan, luputlah darinya satu langkah dari hidayah sesuai dengan kadarnya.” (“Al Fawaid”/hal. 130).
AYAT ALLAH DAN ORANG  BERTAQWA
 Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ الله فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُون﴾ [يونس/6].
“Sesungguhnya di dalam pergantian malam dan siang, dan apa yang Alloh ciptakan di langit dan di bumi benar-benar ada ayat-ayat bagi orang-orang yang bertaqwa.”
            Al Imam Asy Syaukaniy رحمه الله berkata dalam tafsir ayat ini: “Yaitu: orang-orang yang bertaqwa pada Alloh subhanah dan menjauhi kedurhakaan kepada-Nya. Alloh mengkhususkan mereka dengan ayat-ayat ini karena mereka itulah yang mencurahkan pandangan dan pikiran terhadap makhluq-makhluq Alloh Yang Mahasuci, karena mereka berusaha menghindar dari terjatuh kepada sedikit saja dari perkara yang menyelisihi keinginan Alloh Yang Mahasuci, dan dalam rangka memperhatikan kesudahan urusan mereka, dan apa yang membikin bagus di akhirat mereka.” (“Fathul Qodir”/Asy Syaukaniy/3/hal. 348).
RAHMAT DAN KEKERASAN
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan termasuk perkara yang harus diketahui: bahwasanya rohmat itu adalah suatu sifat yang menuntut disampaikannya manfaat-manfaat  dan kemaslahatan-kemaslahatan kepada sang hamba. Sekalipun dirinya tidak menyukainya dan kebaikan tadi terasa berat baginya. Maka inilah rohmat yang hakiki. Maka orang yang paling menyayangimu adalah orang yang berat bagi dirimu dalam menyampaikan kemaslahatan-kemaslahatanmu dan membela dirimu dari mara bahaya. Maka termasuk dari rohmat bapak kepada anaknya adalah: dia memaksanya untuk beradab dengan ilmu dan amal, dan memberati dirinya untuk itu dengan pukulan dan sebagainya, dan menghalanginya dari syahwat-syahwatnya yang bisa membahayakan dirinya. Dan kapan saja dia menyepelekan itu dari anaknya, maka yang demikian itu adalah karena kecilnya rohmat dirinya terhadap anaknya, sekalipun dia menyangka dirinya sayang padanya, memberinya kemewahan dan memberinya ketenangan. Maka ini adalah rohmat yang disertai dengan kebodohan, …dst.” (lihat selengkapnya di “Ighotsatul Lahfan”/hal. 523-524/Dar Ibni Zaidun).
HAMBA YANG CERDAS
Al Imam An Nawawiy رحمه الله mengumandangkan syair:
إن لـله عبـادا فـطـنا              طلقوا الدنيا وخافوا الفتنا
نظروا فيها فلما علموا           أنها ليسـت لحـي وطـنا
جعلوها لجة واتخذوا             صالح الأعمال فيها سفنا
“Sesungguhnya Alloh punya para hamba yang cerdas. Mereka menceraikan dunia dan takut pada fitnah. Mereka memperhatikan dunia, manakala mereka mengetahui bahwasanya dunia itu bukan tempat tinggal bagi orang yang hidup, mereka menjadikan dunia sebagai samudra, dan mereka menjadikan amal sholih di dalamnya sebagai kapal-kapal.” (“Riyadhush Sholihin”/hal. 9).
AWAL FITNAH
 ‏قال شيخ الإسلام ولا تقع فتنةإلا من ترك ما أمر الله به فإنه سبحانه أمر بالحق وأمر بالصبرفالفتنة إما من ترك الحق وإمامن ترك الصبرالإستقامة٥٧
 Syaikhul Islam rohimahulloh berkata: “Dan tidaklah terjadi fitnah kecuali karena meninggalkan perintah Alloh, karena sesungguhnya Alloh Yang Mahasuci memerintahkan kepada kebenaran dan memerintahkan kepada kesabaran. Maka fitnah itu terjadi bisa jadi karena meninggalkan kebenaran, bisa jadi karena meninggalkan kesabaran.” (Kitab “Al Istiqomah”/hal. 57).
FIRASAT TAK MELESET
Syuja’ Al-Karmaniy berkata, “Jika dzahir seseorang mengikuti Sunnah, batinnya merasakan pengawasan Allah, dia menahan pandangan mata dari hal-hal yang diharamkan, menahan diri dari syahwat dan memakan yang halal, tentu firasatnya tidak akan meleset.” (Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin)
TIDAK RAGU
Umar bin Al-Khattab رضي الله عنه berpantun dengan sebait syair ini,
“Seakan-akan engkau tiada gundah meski sekali
Jika engkau tahu apa yang sedang dicari”
(Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin)
MENINGGALKAN SESUATU KARENA ALLAH
   Dari salah seorang penduduk badui yang berkata:
أخذ بيدي رسول الله صلى الله عليه وسلم فجعل يعلمني مما علمه الله تبارك وتعالى، وقال:«إنك لن تدع شيئا اتقاء الله جل وعز إلا أعطاك الله خيرا منه».
“Rosululloh صلى الله عليه وسلم mengambil tanganku, lalu beliau mulai mengajariku dari apa yang Alloh تبارك وتعالى ajarkan pada beliau. Dan beliau bersabda:“Sesungguhnya engkau tidaklah dirimu meninggalkan sesuatu dalam rangka bertaqwa pada Allohعز وجلkecuali Alloh akan memberimu dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.”(HR. Al Imam Ahmad (20758) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Ash Shohihul Musnad” (1489)).
            Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Karena sesungguhnya barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Alloh, maka Alloh عز وجل akan memberinya ganti dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.” (“Ighotsatul Lahfan”/hal. 47).
MENGHINAKAN DIRI KEPADA ALLAH
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahulloh- berkata:”Hamba itu manakala dia semakin menghinakan diri kepada Alloh dan semakin merasa butuh kepada-Nya, serta semakin besar penundukan dirinya kepada-Nya, dia semakin dekat kepada-Nya, semakin mulia di sisi-Nya dan semakin agung nilainya. Maka makhluk yang paling berbahagia adalah makhluk yang paling agung penghambaan dirinya kepada Alloh. Adapun makhluk, maka sebagaimana dikatakan : silakan engkau butuh kepada siapa yang engkau inginkan, maka engkau akan menjadi tawanannya. Janganlah engkau butuh pada siapapun yang engkau inginkan, maka engkau akan menjadi sepadan dengannya. Berbuat baiklah kepada siapapun yang engkau inginkan, maka engkau akan jadi pemimpin baginya
–sampai pada ucapan beliau :- Maka nilai seorang hamba yang paling agung dan paling terhormat di sisi para makhluk adalah jika dia tidak butuh sama sekali pada mereka. Jika engkau berbuat baik pada mereka bersamaan dengan ketidakbutuhan kepada mereka, engkau menjadi makhluk paling agung di sisi mereka. Dan kapan saja engkau butuh kepada mereka –meskipun seteguk air- berkuranglah nilaimu di sisi mereka sesuai dengan kadar kebutuhanmu pada mereka. Dan ini adalah bagian dari hikmah Alloh dan Rohmat-Nya agar ketundukan itu hanya diberikan untuk Alloh, dan tiada sesuatupun yang disekutukan dengan-Nya.” dst.
(selesai dari “Majmu’ul Fatawa”/ 1/hal. 39).]
TAWAKKAL
ِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ الله وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ * الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ * أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ[. (الأنفال: 2-4)
“Hanyalah orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang jika disebut nama Alloh, hati mereka merasa takut, dan jika ayat-ayat-Nya dibacakan pada mereka, ayat itu menambahi mereka dengan keimanan, dan hanya kepada Robb mereka sajalah mereka bertawakkal. Yaitu orang-orang yang menegakkan sholat, dan menginfaqkan sebagian dari apa yang Kami rizqikan pada mereka. Mereka itulah mukminun yang sebenarnya. Mereka akan mendapatkan derajat-derajat di sisi Robb mereka, ampunan, dan rizqi yang mulia.”
            Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: dan ini adalah sifat mukmin yang sebenarnya, -sampai pada ucapan beliau:-  Yaitu: mereka tidak mengharapkan selain-Nya, dan tidak menginginkan selain-Nya, tidak berlindung kecuali dengan sisi-Nya, tidak meminta kebutuhan kecuali dari-Nya, tidak berdoa kecuali kepada-Nya, dan mereka mengetahui bahwasanya apa yang diinginkan-Nya pasti terjadi, dan apa yang tidak diinginkan-Nya pasti tak akan terjadi, dan bahwasanya Dia itu sajalah yang mengurusi kerajaan-Nya, satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, tiada yang membantah hukum-Nya, dan Dia itu Mahacepat perhitungan-Nya. Oleh karena itulah Sa’id bin Jubair berkata: “Tawakkal pada Alloh merupakan kumpulan iman.”
(“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/2/hal. 392/cet. Darush Shiddiq).
JIWA YANG MULIA
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Maka jiwa-jiwa yang mulia itu tidak rela kecuali perkara yang paling tinggi, paling utama dan paling terpuji kesudahannya, sementara jiwa-jiwa yang rendah itu berputar di sekitar perkara-perkara yang hina dan jatuh ke dalamnya sebagaimana lalat hinggap ke kotoran.” (“Al Fawaid”/hal. 177).
RASA TAKUT
Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
«من خاف أدلج ومن أدلج بلغ المنزل ألا إن سلعة الله غالية ألا إن سلعة الله الجنة». (أخرجه الترمذي (2450) وعبد بن حميد (1460)/حسن).
“Barangsiapa takut, dia akan berangkat di awal malam. Dan barangsiapa berangkat di awal malam dia akan tiba di tempat tinggal. Ketahuilah bahwa sesungguhnya barang dagangan Alloh itu mahal, ketahuilah bahwa sesungguhnya barang dagangan Alloh itu adalah Jannah.” (HR. At Tirmidziy (2450) dan Abd bin Humaid (1460)/hadits hasan).
Al Imam Al Mundziriy رحمه الله berkata: “Dan makna hadits adalah: barangsiapa takut, rasatakut tadi mengharuskan dirinya untuk berjalan ke Akhirat dan bersegera beramal sholih karena dia takut ada halangan dan rintangan di jalan.” (“At Targhib Wat Tarhib”/4/hal. 131).
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Jika malam telah membayang, keinginan untuk tidur bertarung dengan keinginan untuk begadang. Maka rasa takut dan kerinduan ada di bagian depan pasukan kesadaran. Kemalasan dan sikap menunda-nunda ada di pasukan kelalaian. Maka apabila tekad jiwa itu melakukan serangan, dia akan menyerang sayap kanan, dan kalahlah tentara kemalasan. Maka tidaklah fajar itu menyingsing kecuali dalam keadaan hasil rampasan perang dibagi-bagi, dan pasukan yang berhak merasa senang dengan bagian yang dia dapatkan. Perjalanan di waktu malam tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang yang biasa sedikit makan dan memikul rasa lapar. Kuda-kuda jagoan itu ada di bagian depan, sementara kuda pemikul beban itu ada di belakang.” (“Al Fawaid”/hal. 51).
PENDENGARAN
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Pendengaran itu ada tiga macam: pendengaran yang bermakna menangkap suara dengan indra telinga, pendengaran yang bermakna pemahaman, dan pendengaran yang mengandung penerimaan dan pelaksanaan tuntutan.” (“Madarijus Salikin”/1/hal. 483).
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Pokok pendengaran yang diperintahkan oleh Alloh adalah: mendengarkan apa yang dibawa oleh Rosul صلى الله عليه وسلم , pendengaran yang mengandung pemahaman dan penerimaan. Oleh karena itulah maka manusia dalam masalah tersebut terbagi menjadi empat golongan: golongan yang berpaling dan tidak mau mendengarkan wahyu yang beliau bawa, golongan yang mendengarkan suara tapi tidak paham maknanya, golongan yang memahaminya tapi tidak mau menerimanya, dan yang keempat adalah golongan yang mendengarnya dengan pendengaran yang mengandung pemahaman dan penerimaan.” (“Majmu’ul Fatawa”/8/hal. 16).
FAQIH
Al Imam Al Hasan Al Bashriy رحمه الله berkata: “Hanyalah orang faqih itu adalah orang yang zuhud terhadap dunia, cinta dan berhasrat kuat terhadap akhirat, punya ilmu yang mendalam dan keyakinan kokoh dalam urusan agamanya, senantiasa rutin beribadah pada Alloh عز وجل .”(“Akhlaqul Ulama”/Al Ajurriy/no. 47/dishohihkan oleh Syaikhuna Yahya Al Hajuriy/cet. Darul Atsar).
BODOH
Al Imam Sufyan bin ‘Uyainah رحمه الله berkata: “Orang yang paling bodoh adalah orang yang meninggalkan apa yang diketahuinya. Orang yang paling berilmu adalah orang yang mengamalkan apa yang diketahuinya. Orang yang paling utama adalah orang yang paling khusyu’ pada Alloh.”(“Muqoddimah Sunan Ad Darimiy”/no. 343/ dishohihkan oleh Syaikhuna Yahya Al Hajuriy dalam “Al ‘Urful Wardiy” hal. 159/cet. Darul Atsar).

Al-Haq (Kebenaran)
لقد جئناكم بالحق ولكن أكثركم للحق كارهون.
“Sungguh Kami telah mendatangkan kebenaran pada kalian akan tetapi kebanyakan dari kalian membenci kebenaran tadi.” (QS. Az Zukhruf: 78).
Al Imam Asy Syaukaniy rohimahulloh berkata: “Dan yang dimaksudkan dengan kebenaran adalah seluruh perkara yang Alloh perintahkan melalui lisan para Rosul dan Alloh turunkan di dalam kitab-kitab-Nya.” (“Fathul Qodir”/6/hal. 417)
Pemilik Akal 
Al Imam Al Qurthubiy Rahimahulloh berkata: “Ulul Albab adalah orang-orang yang mempergunakan akal-akal mereka untuk merenungkan dalil-dalil.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/4/hal. 310).
Hakikat ‘Ilmu
Abu Hilal Al Askariy rohimahulloh berkata: “Ilmu adalah keyakinan terhadap suatu perkara sesuai dengan kenyataannya sampai pada tingkat percaya kepadanya.” (“Al Furuqul Lughowiyyah”/karya Abu Hilal/hal. 94/cet. Daul Kutubil Ilmiyyah).
Al Imam Al Hadizh Ibnul Wazir rohimahulloh berkata: “Maka ilmu yang benar adalah ilmu yang mengumpulkan kepastian hati akan perkara tadi, kesesuaiannya dengan kenyataannya, dan kekokohan jiwa terhadap pengetahuan tadi di saat ada upaya yang membikin keraguan.” (“Itsarul Haqq ‘alal Kholq”/Ibnul Wazir/hal. 120).
 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: “ilmu itu adalah perkara yang dalil itu tegak padanya. Dan ilmu yang bermanfaat adalah apa yang dibawa oleh Rosul. Maka yang terpenting adalah kita itu berkata dengan ilmu, yaitu penukilan yang telah dibenarkan dan penelusuran yang telah dipastikan. Karena yang selain itu, sekalipun sebagian orang menghiasi semisalnya, maka itu adalah bagaikan tembikar (tanah liat yang dibakar) yang dipalsukan. Jika tidak demikian, maka dia adalah kebatilan yang mutlak.” (“Majmu’ul Fatawa”/6/hal. 388).
Persiapan Menghadapi Kematian
الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور.
“Dialah Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian siapakah  dari kalian yang terbaik amalannya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2).
Al Imam Muhammad Al Qoshshob Rahimahulloh berkata: “(ayat ini) merupakan dalil bahwasanya mempersiapkan diri menghadapi kematian adalah petuah yang terbesar dari Alloh jalla jalaluh, dan sebagai penolong yang bagus untuk beramal sholih, karena mempersiapkan diri menghadapi kematian menyebabkan sang hamba itu pendek angan-angannya, meringankan bagi dirinya beratnya musibah-musibah, dan pahitnya menelan kemiskinan.” (“Nukatul Qur’an”/4/hal. 374/cet. Dar Ibnil Qoyyim). 
Mutiara salaf 7
Assunnah (demi yang tidak ada sesembahan yang berhak di sembah selain Dia) adalah ada di antara ghuluw dan menganggap remeh (nglenyek). Maka bersabarlah di atasnya semoga Allah merohmati kalian. Sesungguhnya ahlus sunnah adalah paling sedikit di antara manusia pada zaman dahulu, dan mereka juga sedikit pada zaman sisanya (sekarang). Mereka adalah orang yang tidak ikut bersama orang kaya bersama kekayaanya.  Dan tidak juga bersama ahlu bid’ah bersama kebid’ahanya. Dan mereka bersabar atas sunnah mereka sampai mereka menjumpai rob mereka. Dan begitulah hendaknya kalian menjadi (ahlus sunnah).   hasan al bashri rohimahullaah (syarah aqidah  thohawiyyah 1/252)
mutiara salaf 1
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.”Sesungguhnya di depan hari kiamat nanti ada kekacauan, yaitu pembunuhan. Tidaklah itu pembunuhan terhadap orang kafir, akan tetapi pembunuhan suatu kaum sebagian pada sebagian yang lain sampai-sampai seseorang berjumpa dengan saudaranya, maka dia membunuhnya. Di angkatlah akal akal dari yang memilikinya pada saat itu dan di gantikan baginya debu/sesuatu yang tidak berharga dari manusia yang dengan itu kebanyakan dari mereka mengira telah berada pada suatu keadaan padahal tidaklah demikian”. Di shohihkan oleh Al albani pada shohihul jami’ NO 2047
Mutiara salaf 3
Berkata sufyan ats tsauri rohimahullah.   “wahai saudaraku, janganlah kalian berkeinginan (iri) terhadap ahlu syahwat dengan syahwat mereka, dan jangan pula seperti apa yang mereka terbalik dlm memahami nikmat.  Sesungguhnya di hadapan mereka ada suatu hari dimana tergalincir pada hari itu kaki kaki, menggigil badan badan, dan berubah warna warna (raut muka), dan akan lama berdiri (menanti hisab), akan berat pada hari itu perhitungan, dan berserak di dalamnya hati hati hingga mencapai kerongkongan. Maka wahai yg memiliki hati, apa bagianmu dari penyesalan atas apa yang telah menimpa dari syahwat syahwat ini?”  dikutip dari hilyatul auliya’ 7/24
mutiara salaf 3
Telah berkata Syaikh Muqbil bin Hadi al Wad’i Rahimahullah, “Maka aku nasehatkan kepada semua sunny untuk bersabar atas kemiskinan dan atas gangguan walau jika itu dari penguasa. Dan berhati-hatilah akan bisikan dalam hatimu yang berkata “Kelak kami akan bangkit dengan sebuah pemberontakan dan kudeta” (Dan jika itu terjadi) maka engkau akan menumpahkan darah kaum muslimin. Tuhfatul mujib
Mutiara salaf 4
Berkata al allamah sholih fauzan hafidhohullah dalam “al ijaabah lil hammah” halaman 47-48.
Tidaklah ibroh itu dengan penisbatan atau pada apa yang nampak dari luar. Akan tetapi ibroh itu adalah dengan kenyataan da bukti-bukti nyata dari berbagai perkara. Maka suatu golongan yang mereka menasabkan kepada dakwah wajib bagi mereka untuk memperhatikan apa yang ada pada mereka.
di mana mereka belajar?
Dan darimana mereka mengambil ilmu?
Dan kemana mereka menuju?
Dan apa aqidah mereka?
dan dilihat pada perbuatan-perbuatan dan jejak-jejak dari perbuatan mereka pada manusia dan apa saja dari kebaikan nereka?
Dan apa saja urutan atas perbuatan mereka dari perbaikan?
Wajib bagi mereka mempelajari keadaan keadaan mereka sebelum terpedaya oleh perkataan perkataan mereka dan perbuatan yang nampak dari mereka.
Poerkara ini adalah wajib ada pada mereka secara khusus pada zaman ini dimana telah tersebar di dalamnya para da’i yang menyeru kepada fitnah.
Dan sungguh Rosulullah telah mensifati da’i da’i fitnah tersebut dengan sifat bahwa mereka adalah dari golongan kami, berbicara dengan bahasa kami”
Mutiara salaf 5
Berkata Abdullah ibnu Abbas rodhiallaahu ‘anhuma “janganlah kalian duduk duduk dengan ahlul bid’ah! Sesungguhnya duduk duduknya kalian bersama mereka, menyakitkan (menimbulkan syubhat) bagi hati”  al ibanah milik Ibnu Batthoh 1/136
IMutiara salaf 6
Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda “sesungguhnya perupa makhluk bernyawa (akan) masuk dalam neraka dan akan di tiupkan pada setiap gambar yang dibuatnya ruh dan akan menyiksa mereka di neraka jahanam” riwayat muslim.  Ibn abbas rodhiallaahu ‘anhuma “jika engkau memang harus melakukanya (menggambar) maka buatlah gambar pohon atau apa saja yang tidak memiliki ruh”
mutiara faedah 2
TAQWA DAN KEMUDAHAN
فإن مع العسر يسرا * إن مع العسر يسرا.
“Maka sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesukaran tadi ada kemudahan.” (QS. Al Insyiroh: 5-6).
Al Imam Ibnu Hibban rohimahulloh berkata:

فكم من شدة قد صعبت وتعذر زوالها على العالم بأسره ثم فرج عنها السهل في أقل من لحظة.

“Maka alangkah banyaknya kesulitan yang berat dan tidak mungkin dihilangkan oleh alam semesta semuanya, lalu kemudahan justru bisa menghilangkannya dalam waktu kurang dari sekejap.” (“Roudhotul ‘Uqola”/hal. 192).
Termasuk senjata mukmin yg paling utama adalah taqwa dan tawakkal kepada  Alloh.

Alloh ta’ala berfirman ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب. ومن يتوكل على الله فهو حسبه. “Dan barangsiapa bertaqwa pada Alloh, Alloh akan menjadikan untuknya jalan keluar dan memberinya rizqi dari arah yg tdk diduganya. Dan barangsiapa bertawakkal pada Alloh maka Allohlah Yang akan mencukupinya.” (QS. Ath-tholaq 2-3)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata: “Sungguh Alloh telah menjelaskan bahwasanya Dia itulah Yang mencukupi orang bertawakkal kepada-Nya, dan bahwasanya Dia pasti akan memberi rizqi pada orang yg bertaqwa dari arah yg tidak diduganya.” (“Al Istighotsah”/hal. 193). 
PERSIAPAN
Fudhoil bin ‘Iyadh suatu hari bertanya kepada seorang laki laki : “Berapa umurmu telah berlalu?”
Dia menjawab : “60 tahun”.
Fudhoil berkata :”Engkau selama 60 tahun berjalan menuju Rabbmu dan engkau hampir mencapainya”
Lelaki itu berkata “Innalillaahi wainnailaihi raji’uun”.
Fudhoil bertanya :”Apakah kau tahu maknanya?
Engkau telah mengatakan: “Sesungguhnya kita hamba Allah semata, dan kepadaNyalah kita kembali. Barang siapa telah mengetahui bahwa dirinya hamba Allah dan hanya kepadaNyalah dia kembali, maka hendaknya dia juga mengetahui bahwa dia akan berdiri dihadapanNya, barangsiapa mengetahui dirinya akan berdiri dihadapanNya, ketahuilah bahwa dia akan ditanya, maka persiapkanlah jawaban untuk pertanyaan pertanyaan tersebut”.
Lelaki itu bertanya,”Lalu bagaimana jalan keluarnya?”
Fudhoil menjawab : “Mudah”
Dia bertanya lagi : “Apa itu?”
Fudhoil menjawab : “Perbaikilah kehidupanmu yang masih tersisa, semoga Allah mengampuni apa apa yang telah lewat. Sebab,sesungguhnya apabila engkau berbuat jelek pada masa-masa yang tersisa ini, engkau akan dibalas dengan perbuatan perbuatanmu yang kamu lakukan dulu dan pada masa-masa yang tersisa ini.”
Jami’ululmul hikam halaman 519

AKIBAT DURHAKA
Al Hasan Al Basri berkata
“Tidaklah seorang hamba mendurkai Allah melainkan Allah menghinakannya”
Al Hasan juga berkata
“Mereka meremehkan Allah dan mendurhakainya, andaikan mereka memuliakan Allah, niscaya Allah akan menjaga mereka”
Abu Sulaiman Ad-Darniy berkata,
“Barang siapa mensucikan diri, maka dia aka diberi kesucian itu, dan barang siapa mengotori diri, maka kotoran itu akan diberikan kepadanya. Barang siapa melakukan kebaikan pada malam harinya, maka dia diberi perlindungan pada siang harinya, dan barang siapa melakukan kebaikan pada siang harinya, maka dia diberi perlindungan pada malam harinya. Barang siapa mengabaikan Alah karena syahwat didalam hatinya, maka Allah berhak untuk menyiksa hatinya.
Aisyah Ummul Mukminah RadhiaAllaahu’anha menulis surat kepada Muawiyyah Radhiallaahu’anhu, yang diantara isinya
“Barang siapa yang durhaka kepada Allah, maka orang yang tadinya memuji akan berubah mencelanya.”
Muharib bin Ditsar berkata,
“Sesungguhnya jika seseorang melakukan dosa, maka dia akan mendapatkan kehinaan didalam hatinya.
“Al Husain bin Muthair berkata :
“Bersihkan dirimu dari segala urusan,
agar setelah itu tiada nafsu yang tersimpan,
jangan dekati segala urusan yang haram,
sirna kenikmatannya dan kepahitannya terpendam.”
Sufyan Atsauri berpantun lewat dua bait syair, 
“Kenikmatan yang diharamkan begitu cepat sirna
Dosa dan cela tetap melekat selama lamanya
Akibat keburukan tetap terlihat nyata
Tiada artinya kenikmatan yang disusul neraka”
Dari Kitab Raudhah Al-Muhibbin wannuzzah Al Mustaqin Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah

SABAR UNTUK BERSUA ALLAH DALAM KETAATAN
Seseorang berdiri dihadapan Asy-Syibliy, seraya berkata, “Apakah kesabaran yang paling berat dimata orang-orang yang sabar”,
Dia menjawab, “Kesabaran karena Allah”
Orang itu berkata, “Bukan”
Asy-Syibliy menjawab, “Kesabaran untuk Allah”
“Bukan” kata orang itu
“Kesabaran beserta Allah” Jawab Asy-Syibliy
“Bukan”
“Kalau begitu apa?” Tanya Asy-Syibliy
Orang itu menjawab, “Kesabaran menunggu bersua Allah”
Seketika itu pula Asy-Syibliy menjerit karena kaget
Dari Kitab Raudhah Al-Muhibbin wannuzzah Al Mustaqin Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah

JATUH CINTA
Abu Bakar Al-Kattany berrkata, ‘Suatu kali takkala musim haji pernah diselenggarakan dialog yang mengupas masalah CINTA di Makkah. Maka banyak orang-orang tua yang angkat bicara dalam forum itu. Sementara AL-Junaid adalah orang yang paling muda diantara mereka, Mereka berkata kepadanya, ‘’ Sampaikan  pendapatmu wahai penduduk Iroq ‘’
Maka dia menundukkan mukanya dan airmata menetes dari kedua matanya, kemudian dia berkata,
‘’Orang yang jatuh cinta adalah hamba yang mengabaikan dirinya, selalu menyebut Rabbnya, melaksanakan hak-hak-Nya, memandang-Nya dengan hati, membakar hati dengan cahaya kehendak-Nya, minumannya berasal dari bejana cinta-Nya, jika bicara dengan menyertakan Allah, jika berucap dari Allah, jika bergerak menurut perintah Allah, jika diam bersama Allah, dia dengan Allah, milik Allah, dan bersama Allah.’’
Setelah mendengar, orang-orang tua pun menangis. Mereka berkata, ‘’Ini penjelasan yang tidak membutuhkan tambahan lagi, semoga Allah memberikan keperkasaan kepadamu wahai pemimpin orang-orang yang berilmu.”
(Dari Raudhoh Al Muhibbiin wa Nuzhah Al Musytaqin-Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah)
SIAP MENANGGUNG RESIKO
“Dan tidaklah aku peduli manakala aku terbunuh sebagai seorang muslim,
di tempat manakah terkaparnya aku untuk Alloh.
Dan yang demikian itu adalah demi Dzat sesembahanku,
dan jika Dia menghendaki Dia akan memberkahi jasad yang terpotong-potong.”
(HSR Al Bukhory (7402), dari ucapan Khubaib bin ‘Adi radhiyallohu ‘anhu)

BAHAYA DOSA
Syaikhul Islam رحمه الله berkata
”Maka sesungguhnya dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan itu
membahayakan manusia lebih besar daripada
apa yang dibahayakan oleh racun.“
(“Majmu’ul Fatawa”/8/hal. 348).

JAUH DARI ALLAH
‘Siapa yang dunianya lebih dicintai dan disenangi
Lenyaplah ketakutan akan akhirat dari dirinya
Siapa yang menginginkan ‘ilmu, namun semakin bertambah rakusnya kepada dunia
Maka tidak akan bertambah melainkan kemurkaan dan semakin jauh dari Allah
(Al-Hasan Al-Bashri rohimahullah/ Raudhotul ‘ uqala 35)

PENYAKIT AGAMA (DIIN)
‘’ Orang ‘aalim adalah dokternya diin
Sedangkan duit adalah penyakitnya diin
Andai sidokter lebih memilih penyakit untuk dirinya
Kapan dia akan mengobati orang lain ?
[Sufyaan Ats-Tsauri rohimahullah/ Raudhotul ‘Uqala,35]

Wasiat Isa bin Maryam
Imam Ahmad berkata, “ Kami diberitahu Sayyar,  kami diberitahu  Ja’far, kami diberitahu Abu Alib, dia berkata, “ Kami mendengar bahwa perkataan berikut ini  ada dalam wasiat Isa bin Maryam ‘alaihi salam
“ Wahai para Hawariyyin, cintailah Allah sekalipun mendapat kebencian pelaku kedurhakaan dan mendekatlah kepada Allah sekalipun dengan kemarahan mereka, serta carilah keridhoan Allah walaupun dengan mendapat kemurkaan mereka “.
Para Hawariyyun  berkata, “ Wahai Nabi Allah, lalu dengan siapa kami bergaul ?
Nabi Isa menjawab, “ Bergaullah dengan orang yang perkataannya bisa menambah ‘amal kalian, yang pandangannya bisa mengingatkan kalian kepada Allah dan yang ‘imunya bisa membuat kalian zuhud di dunia. “
Raudhoh Al- Muhibbin wa Nauzhah Al-musytaqin, Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah
Al’ilmu adalah kebaikan di Dunia
العلم :الحسنة فى الدنيا
قال الحسن في قوله تعالى { ربنا اتنا في الدنيا حسنة } [ البقرة 201 ] هي العلم و العبادة .
“ 
و في الأخرة حسنة } [ البقرة 201 ] هي الجنة ”1 }
قال ابن القيم الجوزوية رحمه الله : و هذا من احسن التفسير
فإن أجل حسنات الدنيا العلم النافع و العمل الصالح
أخرجه ابن أبي شيبة و عبد ابن حميد, وابن جرير,والمرهبي في ( فضل العلم
“1
 (و البيهقي في ( شعب الإيمان
Al-Hasan berkata tentang perkataan Allah “ yaa RobbKami, datangkanlah kepada Kami kebaikan di Dunia” (AL-Baqoroh 201) adalah “ Al-‘Ilmu dan ‘ibadah.”dan kebaikan di Akhirat” (Al-baqoroh 201) adalah “ Surga”. Berkata Ibnul qoyyim Al-jauziyyah “dan ini adalah dari sebaik-baik tafsir” , karena ‘’ sesungguhnya seutama kebaikan-kebaikan dunia adalah ‘ilmu yang bermanfaat dan amal sholih”
(dari kitab Al Ilmu wafadhluhu Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah)
KARENA ALLAH
Al Imam Ibnul Qoyyim  berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika
memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia
dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh
itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta
orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan
kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam
penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa
mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang
bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh
bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak
bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia
percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya?
Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan
terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah
dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka
tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi
serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh
akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari
masalahnya.”
(“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil
‘Arobiy).
ASHHABUL HADITS
Abu Muhammad Ibnu Qutaibah رحمه الله berkata:
“Adapun ashabul hadits maka sesungguhnya mereka itu mencari kebenaran dari sisi hadits, dan menelusurinya dari tempat yang di situ ada dugaan besar ada kebenaran di situ, dan mereka mendekatkan diri pada Alloh ta’ala dengan mengikuti sunnah-sunnah Rosululloh صلى الله عليه وسلم dan mencari jejak-jejak beliau dan kabar-kabar beliau di daratan dan lautan, di timur dan barat, …”
(“Ta’wil Mukhtalafil Hadits”/hal. 73).
DOSA KECIL ?
Dari Anas رضي الله عنه yang berkata:
إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِي أَدَقُّ في أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِي صلى الله عليه وسلم الْمُوبِقَاتِ.
“Sesungguhnya kalian benar-benar melakukan amalan-amalan yang dia itu lebih kecil dalam pandangan mata kalian daripada rambut, padahal sungguh kami pada zaman Rosululloh صلى الله عليه وسلم menilainya termasuk dari penghancur.”
(HR. Al Bukhoriy (6492)/Darul Kutubil ‘Ilmiyyah).
Ibnu Hajar رحمه الله berkata
: “Yaitu: kalian melakukan amalan-amalan yang kalian kira dia itu remeh, padahal dia itu besar atau berakhir pada perkara yang besar.”
(“Fathul Bari”/11/hal. 371/Maktabatush Shofa).
Ibnu Baththol رحمه الله berkata:
“Dosa-dosa yang diremehkan jika banyak akan menjadi besar jika terus-menerus dilakukan.”
(“Fathul Bari”/11/hal. 371/Maktabatush Shofa).
Al Imam Al Barbahariy رحمه الله berkata:
“Dan hindarilah perkara baru yang kecil-kecil karena sesungguhnya bid’ah yang kecil-kecil itu akan menjadi besar. Dan seperti itulah setiap bid’ah yang dibikin di umat ini, dulu awalnya adalah kecil menyerupai kebenaran, sehingga tertipulah dengan itu orang yang masuk ke dalamnya, lalu dia tak sanggup keluar darinya, lalu menjadi besar dan menjadi agama yang dipeluk, lalu menyelisihi shirothol mustaqim, lalu dia keluar dari Islam.”
(“Syarhus Sunnah”/Al Barbahariy/hal. 18/Darul Atsar).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata:
“Dan jika orang itu bersikeras untuk meninggalkan sunnah yang diperintahkan dan mengerjakan apa yang dilarang, maka terkadang dia akan dihukum dengan dicabutnya darinya ibadah wajib, sampai dia menjadi orang fasiq atau penyeru kepada bid’ah. Dan jika dia bersikeras di atas dosa-dosa besar, dikhawatirkan akan dicabutnya keimanan dari dirinya, karena sesungguhnya bid’ah it uterus-menerus mengeluarkan manusia dari yang kecil kepada yang besar sampai-sampai mengeluarkannya kepada ilhad (penyelwengan dari Islam) dan zandaqoh (nifaq aqidah)…”
(“Majmu’ul Fatawa”/22/hal. 305-306/ihalah/Darul Wafa).
ADAB-ADAB AHLUL SUNNAH
Al Imam Abu Utsman Ash Shobuni رحمه الله berkata:
“Kumpulan adab-adab ahlul hadits adalah: … dan mereka saling cinta karena agama ini, saling benci juga karena agama ini, menghindari perdebatan dan pertengkaran tentang Alloh, saling menjauh dengan ahli bid’ah dan pelaku kesesatan, memusuhi pengekor hawa nafsu dan kebodohan, …-sampai pada ucapan beliau- dan membenci ahlul bid’ah yang membikin dalam agama perkara yang tidak masuk di dalamnya, tidak mencintai mereka, tidak bersahabat dengan mereka, tidak mendengarkan ucapan mereka, tidak duduk-duduk dengan mereka, tidak mau berdebat mereka tentang agama, tidak berdiskusi dengan mereka. dan berpandangan untuk menjaga telinga-telinga mereka dari mendengarkan kebatilan ahli bid’ah tadi,… dst.”
(“Aqidatis Salaf Ashabil Hadits”/ hal. 107-108/cet. Darul Minhaj).
Al Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy رحمه الله berkata:
“Termasuk dari sunnah adalah meninggalkan ahli bid’ah, memisahkan diri dari mereka, tidak mau berdebat dan bertengkar dengan mereka tentang agama, tidak membaca-baca kitab-kitab mubtadi’ah, tidak mau mencurahkan pendengaran pada ucapan mereka. dan setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah.”
(“Lum’atul I’tiqod”/karya Ibnu Qudamah/syarh Ibnu Utsaimin/hal. 97/cet. Darul Atsar).
Abul Hasan Al Asy’ariy رحمه الله berkata:
“Dan kami berpendapat untuk memisahkan diri dari setiap penyeru kepada kebid’ahan, dan menjauhi pengekor hawa nafsu.”
(“Al Ibanah”/hal. 53/cet. Maktabah Shon’a).
Al ‘Allamah Abuth Thoyyib Shiddiq bin Hasan Khon At Tanukhiy رحمه الله berkata:
“Termasuk dari sunnah adalah meninggalkan ahli bid’ah, menjauhkan diri dari mereka, tidak mau berdebat dan bertengkar dengan mereka tentang agama dan sunnah. Dan setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah. Tidak membaca-baca kitab-kitab mubtadi’ah, tidak mau mencurahkan pendengaran pada ucapan mereka dalam masalah inti agama ataupun cabangnya, …dst.”
(“Qothfuts Tsimar”/karya Shiddiq Hasan Khon/hal. 178/dengan tahqiq Syaikhuna Abu Amr Al Hajuriy حفظه الله /cet. Maktabah Shon’a Al Atsariyyah).

BENCI KARENA ALLAH
Al Imam Sufyan Ats Tsauriy رحمه الله berkata:
“Jika seseorang cinta pada saudaranya kerena Alloh عز وجل kemudian orang yang dicintainya itu  membuat perkara baru dalam Islam lalu dia tidak membencinya Karena perbuatan tadi maka berarti dia tidak mencintainya Karena Alloh عز وجل.
” (Riwayat Ibnu Abi Hatim dalam  “Al Jarh Wat Ta’dil”/1/hal. 52/sanadnya shohih).

MENAMBAH ‘ILMU
Berkata seorang penyair:
إذا لم يذاكر ذو العلوم بعلمه ولم يستزد علما نسي ما تعلما
“Apabila seorang yang berilmu tidak memuroja’ahi ilmunya dan tidak pula menambah ilmu dia akan lupa apa yang telah dia pelajari.”
[Jami’ Bayan Al-‘ilm wa Fadhlih 1/206]

CUKUP !!! DENGAN SUNNAH
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Barangsiapa tidak merasa cukup bagi dirinya dengan sunnah sehingga melampaui sampai kepada bid’ah, dia akan keluar dari agama ini. Dan barangsiapa melontarkan kepada manusia sesuatu yang tidak dilontarkan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersamaan dengan adanya perkara-perkara yang dituntut untuk dilontarkannya sesuatu tadi (pada zaman itu), maka sungguh orang tadi telah mendatangkan syariat kedua dan dia itu bukan pengikut Rosul. Maka hendaknya dia memperhatikan urusannya, ke manakah dia meletakkan kakinya.”
(“Al Fatawal Kubro”/3/hal. 167).

AKHIR HIDUP YANG JELEK
Al Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy رحمه الله berkata: “Dan penghabisan yang buruk itu punya sebab-sebab sebelum datangnya kematian, seperti bid’ah, kemunafiqan, kesombongan dan sifat-sifat tercela yang lain. Oleh karena itulah ketakutan Salaf terhadap kemunafiqan itu sangat keras. 
(“Mukhtashor Minhajil Qoshidin”/karya Al Maqdasiy/4/hal. 69).
MENJAGA AGAMA
Al Hasan Al Bashri -rahimahulloh- berkata: ”Wahai anak Adam, jaga agamamu, jaga agamamu, karena hanya agama itulah daging dan darahmu. Kalau engkau selamat, maka alangkah tentramnya dan alangkah nikmatnya. Tapi jika yang terjadi adalah selain itu, maka -kita berlindung kepada Alloh- dia itu hanyalah api yang tidak padam, batu yang tidak dingin dan jiwa yang tidak mati” 
(Riwayat Al Firyabi -rahimahulloh- di “Shifatun Nifaq”/no. 49/dishahihkan Syaikh Abdurraqib Al Ibbi -hafidhahulloh-)

MANUSIA YANG PALING BERBAHAGIA
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rohimahullohu- berkata:
فأسعد الخلق وأعظمهم نعيما وأعلاهم درجة أعظمهم اتباعا وموافقة له علما وعملا اهـ.
“Maka makhluq yang paling beruntung, paling agung kenikmatannya dan paling tinggi derajatnya adalah makhluq yang paling besar mutaba’ahnya (sikap ikutnya) dan kesesuaiannya dengan beliau (Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wasallam-) baik secara ilmu maupun amalan.”
(“Majmu’ul Fatawa”/4/hal. 26).

TIGA PERKARA
Abu Darda’ Rodhiyallohu ‘Anhu mengatakan: “Tiga perkara yang aku cintai sementara manusia membencinya; KEMISKINAN, SAKIT dan KEMATIAN. Aku mencintai kemiskinan karena  (menimbulkan) rasatawadhu’ kepada Robb-ku, aku mencintai kematian karenan kerinduan kepada Robb-ku, aku mencintai sakit karena (merupakan) penghapus kesalahan-kesalahanku”. 
[Siyar A’lamin Nubala’ biographi Abu Darda’]
HATI HATI TERHADAP AHLUL BID’AH
Ucapan Al Imam Ibnu Baththoh -rohimahulloh-
Setelah menyebutkan hadits syubuhat Dajjal, berkatalah Al Imam Ibnu Baththoh -rohimahulloh-:
هذا قول الرسول صلى الله عليه وسلم، وهو الصادق المصدوق، فالله الله معشر المسلمين، لا يحملن أحدا منكم حسن ظنه بنفسه، وما عهده من معرفته بصحة مذهبه على المخاطرة بدينه في مجالسة بعض أهل هذه الأهواء، فيقول: (أداخله لأناظره، أو لأستخرج منه مذهبه)، فإنهم أشد فتنة من الدجال، وكلامهم ألصق من الجرب، وأحرق للقلوب من اللهب، ولقد رأيت جماعة من الناس كانوا يلعنونهم، ويسبونهم، فجالسوهم على سبيل الإنكار، والردّ عليهم ، فما زالت بهم المباسطة وخفي المكر، ودقيق الكفر حتى صبوا إليهم اهـ.
“Ini adalah ucapan Rosul -shollallohu ‘alaihi wasallam-, dan beliau itu orang yang jujur dan dibenarkan. Maka bertaqwalah pada Alloh wahai Muslimun, jangan sampai rasa baik sangka pada diri sendiri dan juga ilmu yang dimiliki tentang bagusnya madzhab dirinya membawa salah seorang dari kalian untuk melangsungkan perdebatan dengan agamanya di dalam acara duduk-duduk dengan ahlul ahwa,seraya berkata: “Aku akan masuk ke tempatnya dan kuajak dia berdebat, atau kukeluarkan dirinya dari madzhabnya.” Mereka itu sungguh lebih dahsyat fitnahnya daripada Dajjal, ucapan mereka lebih lengket daripada kurap, dan lebih membakar daripada gejolak api. Sungguh aku telah melihat sekelompok orang yang dulunya mereka itu melaknati ahlul ahwa dan mencaci mereka. Lalu mereka duduk-duduk dengan mereka tadi dalam rangka mengingkari dan membantah mereka. Tapi mereka terus-terusan di dalam obrolan, dan makar musuh tersamarkan dari mereka, dan kekufuran yang lembut tersembunyi dari mereka, hingga akhirnya mereka pindah ke madzhab ahlul ahwa tadi.”
 (“Al Ibanatul Kubro”/dibawah no. (480)).

BERSEGERA kembali KALAU DIINGATKAN KEPADA AL- HAQ (kebenaran)
Umar bin Khaththab Radhiallaahu’anhu berkata dalam suratnya yang terkenal
ومراجعة الحق خير من التمادى فى الباطل
“Dan rujuk kepada kebenaran itu lebih baik daripada berlama lama di dalam kebathilan.” (HR.Al Baihaqy (20324), Ibnu Asakir 32/hal.70 dan yang lainnya.
Al Imam Ibnu Qoyyim rohimahullah berkata: “Ini adalah kitab (surat) yang agung yang telah di terima oleh Ummat.” (“I’lamul Muwaqqi’in” (1/hal. 110)
Syaikhuna Yahya -Hafidhahullah- berkata : “Para ulama bersepakat untuk menerima surat “umar ini”
AKHERAT AKHIRNYA DIJUAL
NASIHAT AL IMAM IBNUL MUBAROK ROHIMAHULLOH KEPADA IBNU ULAYYAH ROHIMAHULLOH:
يا جاعل العلم له بازيا *
يصطاد أموال المساكين احتلت للدنيا ولذاتها *
بحيلة تذهب بالدين فصرت مجنونا بها بعدما *
كنت دواء للمجانين أين رواياتك فيما مضى *
عن ابن عون وابن سيرين ودرسك العلم بآثاره *
في ترك (1) أبواب السلاطين تقول: أكرهت، فماذا كذا *
زل حمار العلم في الطين (2) لا تبع الدين بالدنيا كما *
يفعل ضلال الرهابين
“Wahai orang yang menjadikan ilmu sebagai barang dagangan untuk menjaring harta orang-orang miskin,
diambil demi dunia dan kesenangannya.
Dengan tipu daya engkau menghilangkan agama,
lalu engkau menjadi orang yang gila setelah dulunya engkau adalah obat bagi orang-orang gila.
Di manakah riwayat-riwayatmu yang lampau dari Ibnu ‘Aun dan Ibnu Sirin.
Dan manakah ilmu yang kamu pelajari dengan atsar-atsarnya yang berisi anjuran untuk meninggalkan pintu-pintu penguasa? Kamu berkata: “Aku terpaksa.” Lalu apa?
Demikianlah keledai ilmu tergelincir di tanah liat yang basah.
Janganlah kamu jual agama dengan dunia sebagaimana perbuatan para rahib yang sesat.”
 (“Siyar A’lamin Nubala”/9/110).

RIDHO MANUSIA ITU ADALAH PUNCAK YANG TAK BISA DIGAPAI
. AL IMAM ASY SYAFI’IY BERKATA KEPADA YUNUS BIN ABDIL A’LA رحمهما الله :
“Ridho manusia itu adalah puncak yang tak bisa digapai. Dan tiada jalan untuk selamat dari mereka. Maka engkau harus memegang apa yang bermanfaat bagimu, lalu tekunilah dia.” (“Siyaru A’lamin Nubala”/10/hal. 89/Biografi Al Imam Asy Syafi’iy/Ar Risalah).
AHMAD BIN HARB BIN FAIRUZ AN NAISABURIY رحمه الله BERKATA:
“Aku beribadah kepada Alloh selama limapuluh tahun, maka aku tidak mendapatkan kemanisan ibadah hingga aku meninggalkan tiga perkara: Aku meninggalkan keridhoan manusia hingga akupun sanggup untuk berbicara dengan kebenaran. Dan aku meninggalkan persahabatan dengan orang-orang fasiq hingga akupun mendapatkan persahabatan dengan orang-orang sholih. Dan aku tinggalkan manisnya dunia hingga akupun mendapatkan manisnya akhirat.”
 (“Siyaru A’lamin Nubala”/11/hal. 34/Biografi Ahmad bin Harb/Ar Risalah).
SIAP MENJADI GOLONGAN ALLAH DAN RASULNYA
BERKATA IBNUL QOYYIM- RAHIMAHULLAH-
ولا تستصعب مخالفة الناس و التحيز الى  الله ورسوله ولو كنت وحدك فان الله  معك  وانت بعينه و كلاءته و حفظه لك و انما امتحن يغقينك و صبرك واعظم الاعوان  لك على هذا بعد عونن الله التجرد من  الطمع و الفزع  فمتى تجردت منهما هان عليك التحيز الى الله و رسوله و كنت داءما في اللجانب الذى فيه الله ورسوله
“Dan janganlah engkau merasa berat untuk menyelisihi manusia dan menggabungkan diri pada golongan Allah dan RasulNya, meskipun engkau sendirian, karena sesungguhnya Allah bersamamu dengan pengawasan, pemeliharaan dan penjagaannya untukmu. Dan hanyalah Allah itu menguji keyakinan dan kesabaranmu. Dan penolong terbesar bagimu untuk itu – setelah pertolongan Allah- adalah melepaskan diri dari sifat tamak (rakus dunia) dan ketakutan. Maka kapan saja engkau bisa lepas dari keduanya, akan ringan bagimu untuk menggabungkan diri kepada golongan Allah dan Rasul- Nya, dan engkau senantiasa berada pada sisi yang disitulah Allah dan Rasul-Nya.”
(Al fawa’id ” 1/hal.116)

AKIBAT MENGIKUTI NAFSU
أرأيت من اتخذ إلهه هواه أفأنت تكون عليه وكيلا
أم تحسب أن أكثرهم يسمعون أو يعقلون إن هم إلا كالأنعام بل هم أضل سبيلا الفرقان
” Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai  sesembahannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ” Al-Furqan 43-44
“Dasar permusuhan, kejahatan dan kedengkian yang muncul dikalangan manusia ialah karena mengikuti nafsu. Siapa yang menentang nafsunya berarti membuat hati dan badannya menjadi tentram dan sehat. Abu Bakar Al Warraq berkata : “Jika nafsu yang menang, maka hati menjadi gelap. Jika hati menjadi gelap, maka dada terasa sesak. Jika dada menjadi sesak, maka akhlaq menjadi buruk. Jika akhlaq menjadi buruk, maka ia membenci orang lain, dan orang lainpun membencinya. Maka perhatikanlah apa yang diakibatkan nafsu, seperti kebencian, kejahaan, permusuhan, mengabaikan hak orang lain dan sebagainya.”
“Harus mengetahui bahwa nafsu tidaklah  mencampuri sesuatu melainkan ia merusaknya. Jika nafsu mencampuri ilmu, maka ia mengeluarkannya kebid’ah dan kesesatan, pelakunya menjadi kelompok orang yang mengikuti nafsu.Jika nafsu mencampuri zuhud, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada riya’ dan menyalahi sunnah. Jika nafsu mencampuri hukum, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada kedholiman dan menghalangi kebenaran. Jika nafsu mencampuri pembagian, maka mengeluarkan pembagian itu kepada ketidak adilan dan kebohongan. Jika nafsu mencampuri ibadah, maka ibadah itu akan keluar dari ketaatan dan taqarub. Jadi, selagi nafsu mencampuri sesuatu, maka ia akan merusaknya”.   
(Dari kitab Raudhah Al-Muhibbin wa nuzhah Al-Musytaqin, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah)

MANFAAT AKAL BAGI SEORANG MUKMIN
MUADZ BIN JABAL RADHIALLAAHU’ANHU BERKATA :
“Andaikata orang yang berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa dosa itu.  Andaikata  orang yang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.Ada yang bertanya,”Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Muaz bin Jabal Radhiallaahu’anhu menjawab,“Sesungguhnya jika orang yang berakal itu tergelincir maka dia segera menyadarinya dengan cara bertaubat dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan merobohkannya. Karena kebodohan itu terlalu mudah melakukan apa yang  bisa merusak amal sholehnya”.
Dari kitab Raudhoh Al-Muhibbin wa nuzhan Al Musytaqin , karya Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah

TABIAT  BABI
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah Rahimahullah berkata :
ومن الناس من طبعه طبع خنزير يمر با لطيبات فلا يلوى عليها فاذا قام الانسان عن رجيعه قمه وهكذا كثير من الناس يسمع منك ويرى من المحاسن اضعااف اضعاف الساوى ء فلا يحفظها ولا تناسبه فائذا راى سقطه او كلمة عوراء وجد بغيته وما يناسبها فا  كهته ونقله
“Dan diantara manusia ada yang tabiatnya tabiat babi. Dia melewati rizki yang baik baik tapi tidak mau mendekatinya. Jusrtu  jika ada orang bangkit dari kotorannya (selesai buang hajat), didatanginya kotoran tadi dan dimakannya hingga habis. Demikianlah kebanyakan orang. Mereka mendengar dan melihat darimu sebagian  dari kebaikanmu yang berlipa lipat daripada kejelekanmu, tapi dia tidak menghapalnya, tidak menukilnya dan tidak mencocokinya.  Tapi jika melihat ketergelincitan  atau ucapan yang cacat, dapatlah dia apa yang dicarinya dan mencocokinya, lalu dijadikannya sebagai buah santapan dan penukilan.”
(Madarijus Salikin  1/hal 403)

HINDARI MAKAN DAN MENGENAKAN KOTORAN  MANUSIA
Wahai saudaraku,
Hendaknya engkau memiliki pekerjaan dan penghasilan yang halal yang kamu peroleh dengan tanganmu. Hindari memakan atau mengenakan kotoran-kotoran manusia (maksudnya pemberian manusia -ed). Karena sesungguhnya orang yang memakan kotoran manusia, permisalannya laksana orang yang memiliki sebuah kamar di bagian atas, sedangkan yang di bawahnya bukan miliknya. Ia selalu dalam ketakutan akan terjatuh ke bawah dan takut kamarnya roboh. Sehingga orang yang memakan kotoran-kotoran manusia akan berbicara sesuai hawa nafsu. Dan dia merendahkan dirinya di hadapan manusia karena khawatir mereka akan menghentikan (bantuan) untuknya.
(kitab Mawa’izh Lil Imam Sufyan Ats-Tsaury, hal. 82-84)
  
JANGAN MAKAN DARI AGAMA
 العلماء هم الناس قول ابن المبارك  وقد سئل من الناس ؟ قال العلماء  قيل فمن الملوك؟ قال الزهاد قيل فمن السلة ؟قال: الذي يئكل بدينه
“PARA ULAMA  ADALAH MANUSIA YANG HAKIKI, perkataan Ibnu Al Mubarok rahimahullah. Dan sungguh dia telah ditanya,  siapa manusia? dia berkata : PARA ULAMA’ ,  dikatakan  siapakah para raja?, dia berkata ORANG ORANG YANG ZUHUD, dikatakan siapa orang  orang rendahan ? dia berkata  ORANG YANG MAKAN DARI AGAMANYA.
dari kitab AL ILMU fadhluhu wa syarafuhu
Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah

taken from : ashhabulhadits.wordpress.com
«
Previous
Posting Lebih Baru
»
Next
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply