Slider

Aktual

Smal Galeri

Artikel

Aqidah

Galeri

Berita

Video

Kecaman netizen di Twitter kepada Menteri Tedjo
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno menuding KPK telah melakukan provokasi massa. Sehingga muncul gerakan yang mendukung lembaga antikorupsi tersebut.

Bahkan ia menyebut para pendukung tersebut sebagai rakyat yang tak jelas. Sontak kata-kata itu membakar amarah masyarakat.

Sebagian masyarakat menumpahkan kekesalan melalui media sosial, Twitter. Seperti, @relawanttmuda, mengatakan, "Harap dicatat, jika pernyataan Menkopolhukam Tedjo, "Rakyat Nggak Jelas yang Dukung KPK" sangat melukai hati kami Rakyat Nggak Jelas ini,"

Begitu juga dengan, @alpanhabibi, sebut, "Rakyat tidak jelas? Pak menteri ucapannya luar biasa, sopan dan santun. Luar biasa pak tedjo menkopolhukam." Bahkan puteri Gus Dur, Yenny Zannuba Wahid melalui akun @yennywahid ikut berkomentar. "Pak Tejo kami memang RAKYAT tidak jelas tapi tuntutan kami JELAS bhw pemerintah hrs berantas korupsi bukan lindungi koruptor,"
Keluarga


Apakah ada keutamaan memiliki rumah yang luas? Atau rumah yang baik mestikah luas?

Dalam sebuah hadits dalam kitab sunan disebutkan sebagai berikut,
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ « أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ »

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apa itu sebab keselamatan?” Jawab beliau dengan sabdanya, “(Keselamatan itu) yaitu hendaklah engkau menahan lisanmu, sibukkanlah rumahmu dengan ibadah pada Allah, dan tangisilah dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi no. 2406 dan Ahmad 5: 259-260. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Adapun Syaikh Al Albani menilai hadits ini shahih).

Ada tiga hal yang menjadi sebab keselamatan yaitu menjaga lisan supaya bisa berkata yang benar, lalu menyibukkan rumah dengan ibadah, serta menangisi setiap dosa.

Sebenarnya dalam hadits digunakan kalimat ‘walyasa’ka baytuk’, maksud secara leterlek adalah perluaslah rumahmu. Namun para ulama tidak artikan seperti itu.

Ath Thibi menjelaskan bahwa perintah yang dimaksud adalah untuk rumah. Namun yang dimaksud adalah jadikan rumahmu agar tetap betah berada di dalamnya dengan sibuk melakukan ibadah pada Allah dan jauhilah pergaulan yang tidak baik. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 132)

Diterangkan pula dalam Kunuz Riyadhish Sholihin (18: 132) bahwa yang dimaksud hadits adalah hendaklah menjauh dari pergaulan manusia jika memang dengan bergaul membuat agama kita rusak. Sibukkanlah diri dengan ibadah dan bergaul semacam itu dijauhi karena hanya akan membuat kita terjerumus dalam musibah dan maksiat.

Ada empat tipe orang yang bisa kita duduk bergaul dengannya dan ada yang mesti kita jauhi.

1- Ada yang seperti makanan yang kita butuh siang dan malam. Ketika kita telah memenuhi hajat, maka kita meninggalkannya. Jika kita butuh padanya, maka kita akan terus membutuhkannya.

2- Ada yang seperti obat yang kita butuh saat sakit. Jika sehat, kita tidak butuh bergaul dengannya. Tipe orang seperti ini berkaitan dengan maslahat duniawi dan sesuatu yang kita butuh.

3- Ada yang seperti penyakit yang tidak menguntungkan dalam hal agama maupun dunia.

4- Ada yang seperti racun. Mereka adalah orang yang tidak mengambil jalan Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam beramal. Yang menjadikan sesuatu yang tidak ada tuntunan sebagai ajaran Rasul dan menjadikan ajaran Rasul sebagai suatu kesesatan, juga yang menjadikan perbuatan ma’ruf menjadi suatu kemungkaran, sedangkan kemungkaran dianggap sebagai kebaikan. Ini yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim, yang kami sarikan dari Kunuz Riyadhish Sholihin, 18: 136-138.

Tips bergaul adalah bergaullah untuk meraih kebaikan dan tinggalkanlah pergaulan yang hanya membawa dampak jelek.

Dari bahasan di atas, berarti sangat dalam pemahaman terhadap hadits yang kita angkat di awal. Ternyata yang dituntut bukanlah rumah yang luas, namun rumah yang bisa diisi dengan ketaatan dan ibadah.

Cobalah rumah kita diisi dengan bacaan Al Qur’an terutama membaca surat Al Baqarah,
اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ

Bacalah surat Al Baqarah karena siapa yang mengambilnya berarti ia mengambil berkah. Siapa yang meninggalkannya akan menyesal. Sihir pun tidak dapat mengalahkan surat tersebut.” (HR. Muslim no. 804).

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

Janganalah jadikan rumah kalian seperti kuburan karena setan itu lari dari rumah yang didalamnya dibacakan surat Al Baqarah.” (HR. Muslim no. 1860)

Hadits di atas juga sekaligus menunjukkan bahwa janganlah rumah kita seperti kuburan yang tidak ada shalat di dalamnya. Marilah rumah kita diisi dengan shalat sunnah di dalamnya.

Semoga Allah menjadikan rumah kita menjadi rumah yang lapang yang banyak diisi dengan ibadah.


Referensi:

Kunuz Riyadhis Sholihin, Rais Al Fariq Al ‘Ilmi: Prof. Dr. Hamad bin Nashir bin ‘Abdurrahman Al ‘Ammar, terbitan Dar Kunuz Isybiliya, cetakan pertama, tahun 1430 H.

Tuhfatul Ahwadzi, Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuriy, tebritan Darus Salam, cetakan pertama, tahun 1432 H.

rumaysho.com