Slider

Aktual

Smal Galeri

Artikel

Aqidah

Galeri

Berita

Video


Profesor Sejarah Universitas Hebrew, Yerusalem, Moshe Sharon, menegaskan pada dasarnya, agama di alam semesta ini hanyalah satu. Agama tersebut mengokohkan keesaan Allah dan menegaskan nabi Muhammad sebagai utusan Allah.

“Dari mulai diciptakannya semesta ini, hanya ada satu agama, yaitu Islam,” ujarnya, sebagaimana ditayangkan kantor berita Israel, Arutzsheva, yang dikutip pengguna youtube, Bahrain Tahir, pada 2012 lalu.

Dalam video berdurasi hampir tiga menit ini, Moshe menjelaskan lebih lanjut, jika ada siapapun menyatakan tempat ini adalah kuil Sulaiman, maka muslim akan menyatakan itu benar. “Solomon (sulaiman, - red) adalah muslim. David (Daud, - red), Abraham (Ibrahim, - red), Moses (Musa, - red), Yesus (Isa, - red), adalah muslim.

“Inilah yang saya maksudkan dengan islamisasi sejarah. Di seluruh islamisasi sejarah akan ada islamisasi geografi, semua wilayah yang berhubungan dengan tokoh-tokoh tadi adalah wilayah muslim,” tegas Sharon, yang ketika tampil mengenakan tutup kepala ala Yahudi atau //yarmuk//.

Wilayah-wilayah tersebut, jelasnya, terlepas apakah sesudah Nabi Muhamad datang atau belum, harus dibebaskan. “Bukan untuk ditaklukkan. Yang ada adalah untuk dibebaskan,” imbuhnya. Islam muncul di sejarah, pada saat Muhammad, adalah sebagai pembebas. Tidak ada penjajahan dalam Islam. Yang ada adalah pembebasan dalam Islam.

www.youtube.com
Paksa Tabligh Akbar Menolak Syi'ah Dibatalkan, FBR Sudah Disusupi Syi'ah?
BANDUNG (voa-islam.com) – Beberapa hari yang lalu seperti diberitakan oleh berbagai media, Masjid Jami Ass-Sa’adah diserbu oleh sekelompok preman yang mengatasnamakan dari Forum Betawi Rembug (FBR). Mereka memaksa pengurus Masjid Jami Ass’adah untuk membatalkan acara Tabligh Akbar dengan tema ‘Umat Islam Bersatu Menolak Syi’ah’, yang sedianya akan dilaksankan pada Ahad (01/02/2015).

“Ucapan pertama terkait dengan hal itu adalah istirja’, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. (ini) Musibah Aqidah,” kata Ketua Pengurus Wilayah Pemuda Persis Jawa Barat Ustadz Syarif Hidayat M.Pdi, kepada voa-islam.com via surat elektronik ketika dimintai tanggapan atas tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan FBR yang memaksa untuk membatalkan acara tabligh akbar menolak Syiah.

Ustadz Syarif mengatakan mengapa umat yang mau mawas diri terhadap bahaya laten ajaran Syi’ah dibubarkan? Tentu saja, kita tidak habis pikir.

“Ada apa dengan Forum Betawi Rembug itu? Jangan-jangan diantara pimpinan FBR sudah terkontaminasi ajaran Syi’ah,” ujarnya.

Hanya ada dua kemungkinan atas tindakan mereka itu menurut Ustadz Syarif. Pertama, mereka membenci acara tabligh akbar itu, atau kedua, mereka dimainkan oleh oknum-oknum yang membenci acara tersebut.

“Jika kemungkinan pertama benar adanya, berarti mereka telah memosisikan diri sebagai pembela kaum Syi’i. Dengan demikian, FBR akan menjadi musuh umat Islam yang beraqidah ahlussunnah wal jama’ah. Namun, jika mereka menjadi orang-orang yang dimainkan, berarti kewajiban kita menyadarkan kekhilafan mereka. Dalam hal ini kita harus menasehati mereka dengan mauidhah hasanah dan dengan cara yang penuh hikmah,” paparnya.

Untuk itu, lanjut Ustadz Syarif alasan mereka membubarkan tabligh akbar tersebut harus ditabayyun terlebih dulu; apa keberatan mereka atas acara itu? Bila jawaban mereka sama dengan dugaan kita, tinggal kita membuat langkah-langkah konkret dalam menerangkan duduk persoalan tabligh akbar tersebut.

“Namun, apabila mereka menutup diri dan tidak mau menjelaskan alasan logis pembubaran mereka, maka kitapun berhak memejahijaukan tindakan mereka yang sewenang-wenang.
Yang dikuatirkan justeru mereka membela kaum syi’ah dikarenakan pimpinan mereka yang tasayyu’ (atau bertaqiyah). Ini yang berat. Karena ana yakin pengikut FBR tidak semua sepaham dengan pimpinannya mengenai Syi’ah,” tegasnnya.

“Oleh karena itu, ada baiknya panitia penyelenggara melakukan silaturrahmi kepada pimpinan mereka mengenai kejadian itu. Semoga dugaan kita, bahwa ada infiltrasi orang-orang Syi’ah di tubuh FBR tidak benar adanya,” tutupnya.
[syahid/voa-islam.com]

JAKARTA (voa-islam.com) -  Bagaimana sikap Raja Salman bin Abdul Aziz melihat ancaman yang sudah berada di depan Ka’bah? Adakah ancaman Ini di sadari atau menunggu sampai ancaman itu benar-benar terjadi?

Selama ini, ketika Arab Saudi dibawah Raja  Abdullah hanya sibuk dengan ancaman ‘teroris’ yang terus menerus di cekokan ke kepala Raja Abdullah oleh Barat.

Sehingga, Raja Abdullah menghabiskan seluruh kekayaan yang  dimiliki oleh Kerajaan Arab Saudi, digunakan untuk mendukung Amerika Serikat, Eropa dan Zionis, memerangi “teroris”.

Dampaknya, bukan hanya kehancuran Muslim di berbagai negara Arab, tapi Kerajaan Arab Saudi, sekarang menghadapi ancaman yang benar-benar di depan mata.

Betapa Arab Saudi di bawah Raja Abdullah, seluruh kekuatannya digunakan membantu Amerika, memerangi Muslim yang sejatinya ingin membebaskan negeri-negeri Muslim yang sekarang ini terjajah oleh kekuatan konspirasi Zionis dan Salibis, menggunakan tangan ‘proxy’ Amerika Serikat dan Eropa.

Pernahkah di sadari para pemimpin Arab Saudi, sesudah Lebanon jatuh ke tangan Syi’ah, dan sekarang membentuk  kelompok ‘Hezbullah’? Sekarang Hezbullah menjadi kekuatan penentu politik di Lebanon. Menggilas kelompok Sunni.

Hezbullah mengirim milisinya ke Suriah, mempertahankan rezim Syi’ah yang dipimpin Bashar al-Assad. Kekacauan di Suriah sudah menewaskan 350.000 Muslim, dan separuh penduduknya menjadi pengungsi. Di mana tanggung jawab Kerajaan Arab Saudi yang memposisikan dirinya sebagai ‘pemimpin’ dunia Sunni?

Tidak bisa dipandang remeh dengan jatuhnya Yaman ke tangan Syiah Houthie, dan sekarang telah berhasil menguasai Sanaa,  dan bahkan mendepak Presiden dan Perdana Menteri Yaman. Syiah Houthi didukung senjata  dan dana oleh Iran, tanpa batas. Ini sewaktu-waktu bisa berubah menjadi sebuah ‘monster’ bagi Arab Saudi.

Jika Syiah Houthi sudah mapan kekuasaannya, dan menguasai kekuassaan dan perangkat negara, seperti angkatan bersenjata, kepolisian, intelijen, dan kementerian dalam negeri, dan sarana-sarana penting, seperti bandara, pelabuahan, dan sarana-sarana lainnya, maka secara de facto hanya tinggal waktu atau momentum menyerang Arab Saudi.

Selama ini Arab Saudi hanya sibuk memberikan dukungan kepada Amerika Serikat memerangi al-Qaidah di Semenanjung Arabia (Yaman), yang sejatinya bukanlah menjadi ancaman faktual bagi pemerintah Arab Saudi. Karena mereka memiliki prinsip yang sama, yaitu tegaknya sistem dan nilai Islam, yang bersumber pada aqidah para salaf.

Jika Yaman jatuh ke tangan Syiah, ini berarti secara geopolitik, Semenanjung Arabia, perlahan-lahan akan menuju kehidupan baru, dibawah kejayaan rezim Syi’ah yang sekarang membentang dari Lebanon, terus ke Suriah, Irak, Iran,  Bahrain, dan bahkan sekarang Yaman. Ibaratnya, negeri-negeri Arab seperti kartu ‘domino’ yang satu-satu ke tangan Syi’ah.

Raja Salman bin Abdul Aziz yang baru menggantikan Raja Abdullah yang meninggal, ketika usai melantik kabinet nya yang baru, menegaskan kepada seluruh rakyatnya dan para menterinya agar menjaga ‘agama’ (al-Islam).

Ini sebuah penegasan kepada seluruh rakyat Arab dan Jazirah Arab. Jika berbicara ‘agama’ tidak dapat dipisahkan dengan Islam.

Raja Salman bin Abdul Aziz harus menyadari bahwa Amerika, Eropa, dan Zionis telah melakukan kolaborasi dengan Syi’ah Iran, dan bertujuan ingin menghancurkan golongan Sunni yang dinilai menjadi ancaman yang bersifat laten.

Arab Saudi bukan hanya menjadi pusat peradaban Islam, tapi Arab Saudi menjadi ancaman bagi peradaban Barat.

Ajaran yang dilahirkan ulama terkemuka Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Wahab, yang kemudian dikenal dengan sebutan ‘Wahabi’, yang hakekatnya pemurnian nilai-nilai tauhid itu, dipandang sebagai ancaman bagi perabadan Barat.

Tak aneh sekarang ini, kafir musyrik (Yahudi,  Nasrani, dan Syiah) berkolaborasi ingin menghancurkan Sunni. Inilah hakekat perang yang sesungguhnya.

Hanya semasa Raja Abdullah,  faktanya Amerika, Eropa, Zionis, dan Iran berhasil  melakukan manipulasi, dan berhasil membujuk penguasa  Arab Saudi masuk dalam koalisi global, yang sesungguhnya bertujuan menghancurkan Arab Saudi, karena negara 'petro dollar' itu menjadi ‘bastion’ (benteng terakhir) peradaban Islam dan ahlus sunnah. Wallahu’alam.

mashadi1211@gmail.com

www.voa-islam.com