Mehmet Gormez, Kepala Direktorat Urusan Agama Turki Dunia Diam saat Jutaan Muslim Dibunuh Orang-orang tidak ribut tentang pembunuhan jutaan muslim
Dream - Mehmet Gormez, ulama terkemuka Turki, mengatakan, dunia hanya diam saat terjadi pembunuhan terhadap jutaan orang Islam.
"Di satu sisi, (sekitar) 12 juta orang telah dibantai di dunia Islam dalam 10 tahun terakhir. Dan di sisi lain, 12 orang dibunuh secara brutal di Paris pekan lalu," kata Gormez dikutip Dream.co.id dari laman World Bulletin, Rabu 14 Januari 2015.
Namun, Gormez mengatakan orang-orang tidak ribut tentang pembunuhan jutaan Muslim, mereka hanya peduli terhadap pembunuhan segelintir orang.
"Kematian seorang manusia adalah kematian bagi kemanusiaan," kata Gormez. "Tidak ada perbedaan dalam pembunuhan brutal, baik di Damaskus, Baghdad, atau Paris."
Menurut dia, jika dunia tidak bereaksi terhadap semua pembunuhan dan pembantaian dengan cara yang sama tanpa memandang agama atau lokasi, maka seluruh umat manusia akan hancur.
Gormez juga mengatakan bahwa serangan teror di Paris pada Rabu dan Jumat lalu tidak dapat diterima oleh setiap Muslim atau orang yang punya akal.
Semua muslim harus mengutuk teror dan kekerasan. Dunia yang layak huni dapat dicapai dan dipertahankan jika semua rasa sakit dan kesedihan diperlakukan dengan kasih sayang dan keadilan.
"Kekerasan tidak bisa dihilangkan dengan kekerasan dan darah tidak dapat dibersihkan dengan darah," kata Gormez. "Keamanan di dunia tidak dapat dipertahankan dengan menindas keyakinan."
Sementara itu, Perdana Menteri Turki yang baru, Ahmet Davutoglu, mengatakan pada Selasa kemarin bahwa beberapa golongan tertentu di dunia secara bersama-sama berusaha menjatuhkan kesalahan kepada warga Turki dan Muslim di Eropa.
Dia merujuk tweet Rupert Murdoch setelah serangan di Paris, yang berbunyi:
"Mungkin sebagian besar muslim damai, tetapi sampai mereka mengenali dan menghancurkan kanker jihad mereka, mereka yang harus bertanggung jawab."
Davutoglu berbicara kepada wartawan tentang serangan Perancis dan kunjungan resminya ke Berlin saat pesawatnya kembali dari Jerman.
"Seperti yang kita lihat dalam sambutannya Murdoch, ketika seseorang membuat kesalahan, mereka bertindak seolah-olah semua Muslim dan warga Turki memainkan bagian dalam kesalahan itu," katanya.
Davutoglu mengatakan ia sengaja datang ke Paris dan menghadiri pawai kesatuan. Tujuannya agar orang-orang Turki di Perancis dapat menanggapi tuduhan orang-orang Perancis.
"Perdana Menteri saya juga hadir pada pawai kesatuan."
"Anda harus berjalan dengan kepala terangkat tinggi. Anda tidak bersalah," katanya.
"Islam adalah bagian masyarakat Eropa. Jadi tidak mungkin lagi mengusir muslim dari Eropa seolah-olah mereka adalah pendatang sementara," tambahnya.
Organisasi-organisasi Muslim di Jerman telah mengadakan aksi unjuk rasa di 2.000 masjid nasional sebagai protes terhadap ekstremisme agama dan serangan rasis yang menargetkan masjid dan sinagog.
Dua belas orang tewas, Rabu lalu, ketika orang bersenjata bertopeng menyerang kantor Charlie Hebdo. Majalah satir ini dikenal sebagai majalah yang mencetak materi kontroversial, termasuk kartun bernada menghina Nabi Muhammad pada tahun 2006 dan 2012.
Said dan Cherif Kouachi, dua tersangka bersenjata pelaku penyerangan yang bersaudara, tewas oleh polisi pada hari Jumat di sebuah gudang di Dammartin-en-goele, sebuah kota kecil di utara Paris.
Pria bersenjata lainnya, Amedy Coulibaly, menewaskan empat sandera di sebuah supermarket dalam serangan terpisah di Paris pada hari Jumat.
"Di satu sisi, (sekitar) 12 juta orang telah dibantai di dunia Islam dalam 10 tahun terakhir. Dan di sisi lain, 12 orang dibunuh secara brutal di Paris pekan lalu," kata Gormez dikutip Dream.co.id dari laman World Bulletin, Rabu 14 Januari 2015.
Namun, Gormez mengatakan orang-orang tidak ribut tentang pembunuhan jutaan Muslim, mereka hanya peduli terhadap pembunuhan segelintir orang.
"Kematian seorang manusia adalah kematian bagi kemanusiaan," kata Gormez. "Tidak ada perbedaan dalam pembunuhan brutal, baik di Damaskus, Baghdad, atau Paris."
Menurut dia, jika dunia tidak bereaksi terhadap semua pembunuhan dan pembantaian dengan cara yang sama tanpa memandang agama atau lokasi, maka seluruh umat manusia akan hancur.
Gormez juga mengatakan bahwa serangan teror di Paris pada Rabu dan Jumat lalu tidak dapat diterima oleh setiap Muslim atau orang yang punya akal.
Semua muslim harus mengutuk teror dan kekerasan. Dunia yang layak huni dapat dicapai dan dipertahankan jika semua rasa sakit dan kesedihan diperlakukan dengan kasih sayang dan keadilan.
"Kekerasan tidak bisa dihilangkan dengan kekerasan dan darah tidak dapat dibersihkan dengan darah," kata Gormez. "Keamanan di dunia tidak dapat dipertahankan dengan menindas keyakinan."
Sementara itu, Perdana Menteri Turki yang baru, Ahmet Davutoglu, mengatakan pada Selasa kemarin bahwa beberapa golongan tertentu di dunia secara bersama-sama berusaha menjatuhkan kesalahan kepada warga Turki dan Muslim di Eropa.
Dia merujuk tweet Rupert Murdoch setelah serangan di Paris, yang berbunyi:
"Mungkin sebagian besar muslim damai, tetapi sampai mereka mengenali dan menghancurkan kanker jihad mereka, mereka yang harus bertanggung jawab."
Davutoglu berbicara kepada wartawan tentang serangan Perancis dan kunjungan resminya ke Berlin saat pesawatnya kembali dari Jerman.
"Seperti yang kita lihat dalam sambutannya Murdoch, ketika seseorang membuat kesalahan, mereka bertindak seolah-olah semua Muslim dan warga Turki memainkan bagian dalam kesalahan itu," katanya.
Davutoglu mengatakan ia sengaja datang ke Paris dan menghadiri pawai kesatuan. Tujuannya agar orang-orang Turki di Perancis dapat menanggapi tuduhan orang-orang Perancis.
"Perdana Menteri saya juga hadir pada pawai kesatuan."
"Anda harus berjalan dengan kepala terangkat tinggi. Anda tidak bersalah," katanya.
"Islam adalah bagian masyarakat Eropa. Jadi tidak mungkin lagi mengusir muslim dari Eropa seolah-olah mereka adalah pendatang sementara," tambahnya.
Organisasi-organisasi Muslim di Jerman telah mengadakan aksi unjuk rasa di 2.000 masjid nasional sebagai protes terhadap ekstremisme agama dan serangan rasis yang menargetkan masjid dan sinagog.
Dua belas orang tewas, Rabu lalu, ketika orang bersenjata bertopeng menyerang kantor Charlie Hebdo. Majalah satir ini dikenal sebagai majalah yang mencetak materi kontroversial, termasuk kartun bernada menghina Nabi Muhammad pada tahun 2006 dan 2012.
Said dan Cherif Kouachi, dua tersangka bersenjata pelaku penyerangan yang bersaudara, tewas oleh polisi pada hari Jumat di sebuah gudang di Dammartin-en-goele, sebuah kota kecil di utara Paris.
Pria bersenjata lainnya, Amedy Coulibaly, menewaskan empat sandera di sebuah supermarket dalam serangan terpisah di Paris pada hari Jumat.
Mutiara Hati